PEMIMPIN yang KRITIS, KREATIF, dan MANDIRI
Seorang pemimpin haruslah mempunyai sikap yang kritis kreatif dan mandiri.
Kritis
Orang yang mempunyai jiwa kritis ialah orang dengan segala keingintahuan sehingga selalu timbul pertanyaan pertanyaan dalam hati dan benaknya untuk mengetahui suatu kebenaran dari opini yang ada. Harusnya sikap seperti ini di tanamkan pada masing masing diri setiap orang karena faktanya pemimpin pemimpin saat ini saja banyak yang tidak mempunyai sikap kritis,mengapa saya katakan demikian, kita lihat contoh pemimpin berikut.
Rektor Untirta. saya mengetahui salah satu kejadian tragis yang terjadi d kampus tercinta Untirta, beberapa tahun yang lalu gedung b tempat belajar mahasiswa mengalami karuntuhan pada bagian depan gedung (kalau tidak salah tiang tiang di depan gedung) saat itu pasti timbul pertanyaan pertanyaan dah keingintahuan halayak umum baik itu mahasiswa para dosen serta pihak pihak kampus mengapa hal tersebut bisa terjadi, pertanyaan itu pula pasti yang menggelayut di kepala bapak rektor pada saat itu. Tapi apakah harus diketahui sebabnya oleh bapak rektor padahal seharusnya ia yang lebih tahu jawabannya. harusnya hal hal yang semacam itu di pertanyakan sebelum kejadian itu terjadi. Apakah bapak rektor telah memperhitungkan secara matang tentang apa yang akan dibangun? Apakah kokoh? Apakah layak pakai?apakah akan mampu menahan musibah baik secara alami ataupun nonalami (akibat tangan manusia)? Apabila bapak rektor telah mempertanyakan pertanyaan pertanyaan tersebut tentu tidak akan terjadi kejadian yang demikian,itu berarti sang pemimpin kita kurang atau belum mempunyai sikap yang kritis yang alhasil menimbulkan penyesalan pada dirinya sendiri, tercoreng namanya di berbagai media cetak karena kelalaiannya terhadap tanggung jawabnya diketahui masyarakat umum (kejadian tersebut dipaparkan oleh beberapa media cetak). Itu menjadi salah satu contoh untuk kita semua para mahasiswa supaya mempunyai sikap yang kritis dan dapat mengkritisi suatu hal untuk dapat menjadi lebih baik. Ingat,sesal kemudian tidak ada guna tapi jadikanlah kejadian yang terjadi menjadi pelajaran yang berarti.
Memimpin kelompok, organisasi, perusahaan, apalagi negara memang tidaklah gampang. Tapi, tidak pula susah. Disebut memimpin berarti ada yang dipimpin. Ada mitra kerja (atau bisa disebut bawahan) yang akan menggalang kebersamaan untuk mencapai tujuan yang telah disepakati. Jabatan pemimpin adalah sebuah amanah. Karena memimpin adalah amanah, maka seorang pemimpin tidak berhak menjadikan organisasi yang dipimpinnya sebagai hak milik pribadi, sehingga merasa perlu dan wajib (menurut ukuran diri sendiri) untuk memperlakukan organisasi tersebut sesuai kehendaknya, atau merasa berhak mengorbankan bawahan dengan berlindung atas nama penyelamatan organisasi. Kepemimpinan yang baik memang bukan berarti tanpa cela. Sebagaimana halnya manusia bukanlah yang selalu benar dalam menjalani kehidupannya, tapi ketika ia berbuat salah, segera memperbaiki kesalahannya. Itu artinya, pemimpin yang baik bukan berarti selalu benar, apalagi merasa benar sendiri. Maka, mendengarkan masukan dari bawahan, adalah hal yang sangat dianjurkan. Karena apa? Pemimpin yang baik ialah pemimpin yang mampu mengintropeksi diri dan bersedia d kritik bawahannya. ada baiknya mendengarkan masukan, saran, bahkan mungkin juga keluhan dan harapan dari bawahan. Tidak ada salahnya bukan? Jika sebagai pemimpin menginginkan ketaatan yang kritis (cerdas) dari bawahannya, bukan ketaatan yang ‘kritis’ (mengkhawatirkan) (dalam kamus besar bahasa indonesia diketahui kritis mempunyai dua makna), maka tentunya harus memberikan teladan yang baik kepada bawahan. Bagaimana pun juga, pemimpinlah yang seharusnya dan punya kewajiban memberikan teladan, karena seorang pemimpin lebih mungkin untuk didengar dan dipercayai. Lagi pula, bagaimana mungkin diangkat dan dipilih jadi pemimpin jika tidak bisa dijadikan teladan. Seseorang yang memimpin pasti umumnya lebih baik dari orang kebanyakan. Lebih baik semangatnya, lebih baik ilmunya, lebih baik kesabarannya, lebih baik segalanya. Tapi untuk Bapak Rektor kita entah bagaimana bbentuk pemilihannya dapat memimpin Kampus kita yang tercinta ini.Patut dipertanyakan!
Seorang pemimpin dikatakan telah gagal dan kepemimpinannya dikategorikan mengkhawatirkan adalah ketika seorang pemimpin tak mampu memimpin bawahannya. Bahkan lebih memilih bermusuhan dengan bawahannya yang berbeda sikap dan pendapat dengannya, ketimbang berusaha duduk bersama dan melakukan dengar-pendapat dengan bawahannya yang berseberangan itu. Siapa tahu bisa dicari jalan keluar yang terbaik. Sebab, kita bukan hanya ingin bersama, tapi juga bersatu. Kita juga tidak hanya ingin diangap bilangan, tapi juga diperhitungkan. Tapi pada kenyataannya yang ada apakah Bapak Rektor kita mendengarkan kaluhan serta aspirasi kita (para mahasiswa)? Sampai dengan puncaknya kemarahan mahasiswa sehingga melakukan aksi demonstrasi tetap tidak didengarnya. Karena apa mereka melakukan demonstrasi?karena mereka yang mempunyai kekuasaan tetap tidak menghiraukan ketika diajak bicara secara baik baik.
Kreatif
Seorang pemimpin harus mampu menciptakan inovasi inovasi baru dengan jiwa kekereatifannya. Tapi pada kenyataannya pemimpin masa kini kebanyakan lebih kepada mencontek hasil karya orang lain kemudian seakan akan dijadikan barang baru yang di akui sebagai hasil karyanya sendiri. Kalau di ibaratkan dengan grup band terdapat istilah “lebih baik mengaransemen daripada memplagiat” . mungkin dapat diartikan dengan halus bahwa contoh yang ada dijadikan panutan untuk dapat menciptakan suatu yang baru dan lebih bermutu (lebih baik). Ada salah satu contoh yang menarik,kembali saya ambil contoh seputar kampus Untirta karena lebih menarik apabila memperbincangkan segala sesuatu yang masih ada sangkut pautnya dengan kita. Kembali menyangkut Bapak Rektor Untirta. Dengan jiwa kekreatifannya beliau dengan menciptakan taman kampus,tapi apabila diperhitungkan secara seksama,apa pentingnya indah diluar tapi cacat didalam, mangapa, karena perlu diketahui pembangunan taman tentu tidak mengeluarkan dana yang sedikit, dan itu hanya dinikmati sekilas,yang baginsaya pribadi hanya menyegarkan mata sejenak. Tapi kemudian ketika kita ketahui seperti apa kampus kita yang sebenarnya,kampus yang gelap gulita ketika mati lampu! Bukankah akan lebih kreatif jika sang bapak Rektor mengeluarkan dana untuk pemakaian “jenset” ketimbang pembuatan “taman”. Apakah kelakuan seperti itu dapat dikatakan kreatif? Bisa saja tapi mungkin dituliskan seperti ini “kreatif yang tidak efisien”.
Pemimpin yang kreatif bergerak maju menuju kepada rencana-rencana yang mantap, tidak menghancurkan/merugikan rekan sekerjanya dan kaya akan kreasi-kreasi baru untuk mencapai sasaran. Dalam dunia kampus kita rekan kerja untuk bidang rektorat mencakup juga mahasiswanya,kenapa dikatakan demikian ketika Bapak Rektor dirasa lalai dalam memimpin para mahasiswa dengan tidak ada lelahnya terus mengingatkan akan tanggung jawab yang di embannya,itu berarti peran kita sebagai mahasiswa adalah juja sebagai penunjang kelangsungan akan masadepan kampus kita selain pada masadepan kita sendiri mencapai titel sarjara strata 1 (S1).
Kalau pemimpin sudah membuat rencana yang mantap, tapi ternyata kemudian rencana tersebut macet, maka dia tidak langsung putus asa tetapi dengan kreasinya yang baru, dia berusaha untuk mencari alternatif yang lain dengan konsep-konsep baru untuk meneruskan rencananya sehingga mencapai sasaran dengan terobosan-terobosan baru. Lain halnya dengan pemimpin yang tidak kreatif, apabila programnya macet, dia langsung putus asa sehingga tidak mencapai sasaran. Berbeda dengan orang yang sekarang memimpin kampus tercinta kita. Saya pernah mendengar cerita dari senior faforit saya (seseorang yang benar benar mempunyai jiwa kritis). Dahulu beberapa tahun yang lalu Kampus kita yang kecil ini mendapat tanah hibah dengan ukuran hektar yang sangat luas untuk dibangun kampus baru kita yang lebih baik dari sekarang dan tanah hibah itu bukanlah sesuatu yang mudah didapat tetapi dengan perjuangan Bapak Rektor yang menjabat sebelum periodenya diganti dengan rektor yang sekarang. Mimpi indah yang hampir tercapai itu pun hanya berlalu menjadi mimpi buruk. Faktanya ketika tanah hibah sudah didapat dalam genggaman tangan masa jabatan Bapak Rektor telah habis masanya dan di gantikan dengan Rektor yang baru. Itu bukan hal yang menghawatirkan apabila sang Bapak Rektor yang baru dapat meneruskan program kerja Rektor sebelumnya yaitu membangun kampus impian pada tanah hibah yang didapat. Tapi alangkah disayangkannya semua mimpi yang indah itu berubah menjadi mimpi buruk karena tanah hibah ditarik kembali oleh lembaga yang memberikan. Mengapa hal tersebut dapat terjadi?? Tanah hibah itu terabaikan sampai pada waktu yang ditentukan un tuk dibangun. Entah karena Rektor yang baru tidak memiliki cukup konsepan atau entah kareka ketidakpedulian tapi yang pasti beliau tidak mampu meneruskan amanah yang telah diberikan. Sungguh suatu hal yang sangat memprihatinkan. Mudah mudahan saja pemimpin kampus kita dimasa depan adalah seseorang yang bisa menjadikan Untirta menjadi Universitas yang lebih baik dengan jiwa kreatifnya.
Mandiri
Mandiri disini bukanlah pemimpin yang segala sesuatunya mengerjakan suatu program kerja secara individu dan berbuat sesuka hatinya.hal yang seperti itu bukan mandiri tetapi semena mena. Seperti yang terjadi saat ini pemimpin kita berlagak sok mandiri padahal sesungguhnya kemandirian itu bukanlah untuk kebaikan umum melainkan kebaikannya sendiri alias merugikan!
Pemimpin memegang teguh konsistensi antara kata dan perbuatan. Ia adalah orang yang menjalankan perkataannya. Melaluilah karakter-lah kepemimpinan bisa dilatihkan, karakter-lah yang menjadi contoh. Seorang pemimpin juga membutuhkan keberanian yang di atas rata-rata untuk membuat keputusan-keputusan sulit. Diperlukan keberanian yang luar biasa, untuk mengabaikan hari kemarin, meninggalkan hal-hal di mana Anda sebagai pemimpin memiliki kepentingan pribadi, atau untuk mengubah arah saat di tengah jalan. Pemimpin yang mandiri menetapkan tujuan, menetapkan prioritas, dan menetapkan sekaligus memelihara standar. Pemimpin mandiri sadar betul bahwa ia tidak bisa mengedalikan semesta, namun, sebelum ia menerima kompromi, pemimpin efektif harus berpikir mengenai apa yang benar dan apa yang diinginkan. Saat seseorang kehilangan kepercayaan, ia kehilangan pengikutnya –sehingga– memustahilkan terjadinya kepemimpinan yang efektif. Mempercayai pemimpin bukan berarti menyukainya, bukan pula selalu setuju dengannya. Kepercayaan adalah keyakinan bahwa sang pemimpin bersungguh-sungguh pada apa yang dikatakannya. Tindakan seorang pemimpin dan kepercayaan yang dianutnya harus sejajar, atau setidaknya sesuai. Kepemimpinan efektif tidak didasarkan pada kepandaian seorang pemimpin, tapi terutama pada konsistensi-nya sebagai pemimpin serta loyalitas dan kualitasnya dalam memimpin. Ada yang ingin ditanyakan? Saya sendiri ingin bertanya, kapan kita mendapat pemimpin yang berkualitas dan dapat menyejahterakan mahasiswanya? Tanya kenapa.
Akhir dari artikel ini saya sampaikan. Dalam LK kali ini panitia menetapkan tema Menjadikan Pemimpin yang Kritis, Kreatif dan Mandiri. Semoga dengan ikut sertanya saya dalam LK kali ini memberikan wawasan serta pengetahuan lebih juga menjadikan saya pemimpin yang Kritis, Kreatif dan Mandiri.
HIDUP MAHASISWA!!
HIDUP KOMUNIKASI!!
HIDUP UNTIRTA!!
Pserta LK Himakom angkatan 2009
Susan Sri Jayanti
Kelompok: Berani




