Ibu Rumah Tangga Yang Berkarier VS Psikologis Anak
Maraknya kasus kekerasan terhadap anak membuat psikologis anak tergannggu. Apalagi saat ini, banyak ditemukan kasus bahwa kekerasan terhadap anak banyak dilakukan oleh seorang pengasuh. Faktanya, ditahun 2011 ini banyak ibu rumah tangga yang lebih memilih berkarier ketimbang mengurus anak. sehingga, mau tiadk mau proses tumbuh kembang anak harus diserahkan kepada seorang pengasuh.
Hal tersebut diakibatkan dari pertumbuhan ekonomi yang mendesak seorang wanita harus bekera demi kelangsungan perkawinan. Dengan demikian pula seorang suami mengijinkan istri mereka bekerja dan mengesampingkan kodratnya sebagai seorang Ibu. Konsekwensinya adalah anak harus diurus oleh seorang pengasuh yang belum tentu baik watak dan perilakunya.
Sumarni (29) adalah salah satu contoh dari sekian banyak ibu rumah tangga yang memilih berkarier ketimbang mengurus anak. Kedua anaknya yaitu Puput (6) & Neyla (2) yang masih kecilpun harus dipindah tangankan kepada seorang pengasuh. Dirinya sendiri menyadari bahwa terdapat kekhawatiran terhadap kekerasan anak yang marak terjadi.
“tapi percaya aja”, ujarnya saat diwawancara dikediamannya. Rasa percayanya disebabkan karena sang pengasuh merupakan saudaranya sendiri. ketika ditanya mengenai komentar suami, Cucu (38), dirinyapun mengaku bahwa suami mengijinkan. Saat di klarifikasi lewat telepon, bapak dua anak itu mengatakan, bahwa dirinya mengijinkan istrinya bekerja untuk membantu perekonomian rumah tangga.
Menurut pengamat psikologis anak, Rudi Hermawan (28), pada usia balita seharusnya anak diasuh oleh orang tua kandungnya. Hal tersebut disebabkan karena usia kecil merupakan usia anak dalam mencari isentitas diri. Sehingga, anak mudah terdoktrinasi dan peran ibu sangatlah penting. Laki-laki berkacamata ini juga mengatakan, psikologis anak sangat bergantung kepada pribadi yang mengasuhnya.
“Emosional dan labil, akan cenderung menjadi anak yang liar karena ketika dia butuh kasih sayang ibunya tidak ada, maka dia akan mencari pelampiasan.” Papar pria kelahiran Menes Pandeglang-Banten ini. Dirinya menambahkan, hal terburuk dari gejala psikologis yang terjadi adalah rasa frustasi anak. Jadi, bukan hal yang tidak mungkin, anak melakukan hal negatif.
Ditanya mengenai pendapatnya mengenai kasus kekerasan terhadap anak yang marak terjadi, pria yang akrab disapa Rudz ini mengatakan, hal tersebut merupakan konsekwesi logis, dikarenakan anak berada diluar kontrol ibu kandungnya sendiri. “Kalau mau menitipkan harus kepada orang yang jelas asal usul dan disiplin keilmuannya karena sekarang banyak lembaga penitipan anak seperti itu.” tambahnya.
Menyikapi maraknya kasus kekerasan oleh pengasuh terhadap terhadap anak, Nur Asni (29) mengaku, dirinya tidak pernah melakukan kekerasan fisik kepada anak Sumarni yang diasuhnya. “ paling juga saya pelototin atau saya marahin, biar gak nakal lagi.” Papar wanita asal Aceh ini.
Dia juga mengaku, untuk menjaga psikologis anak tetap stabil, wanita berambut panjang sebahu ini juga memberikan kasih sayang dan pendidikan layaknya seorang ibu kandung. Ketika ditanya mengenai wanita yang memilih berkarier, dirinya berharap, anak yang diasuhnya kelak menjadi anak yang berbakti. “ya semoga anaknya pas udah gede gak ngelunjak sama ibu kandungnya” Ujarnya. (SS)
----------------------------------------------------------------------------------------------------
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
(PENGAMAT PSIKOLOGI ANAK)
DATA PERSONAL
NAMA : RUDI HERMAWAN
TEMPAT,TANGGAL LAHIR: MENES, 19 FEBRUARI 1983 (28)
JENIS KELAMIN : LAKI-LAKI
STATUS PERNIKAHAN : BELUM MENIKAH
KEWARGANEGARAAN : INDONESIA
ALAMAT : KP. SINDANG RESMI RT 03 RW 02 MENES, PANDEGLANG - BANTEN
TELP : 08179190008
PENDIDIKAN
SDN PURWARAJA 4
SMPN 1 MENES
SMK TI SERANG
RIWAYAT ORGANISASI
UNTIRTA MOVEMENT COMMUNITY
WAPRESMA BEM UNTIRTA 2003
BEM HUKUM UNTIRTA 2002
PMII CABANG SERANG
RIWAYAT KERJA
HUMAS PT LINGGA PERDANA MERAK
HUMAS PT SINAR SELAT SUNDA CIWANDAN CILEGON BANTEN
LAWFARM ARIS SUHADI AND PARTNER
Berikut adalah hasil wawancara dengan Rudi Hermawan selaku pengamat psikologi anak. Wawancara dilakukan secara tatap muka, berlangsung pada hari selasa malam, 12 April 2011. Bertempat di Hotel Wisata baru, Jl. Maulana Yusuf no. 16 Serang banten
Ket * A (Saya selaku Wartawan)
B (Narasumber)
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
A : “Pandangan anda terhadap seorang ibu rumah tangga yang memutuskan menjadi wanita karir?”
B : “Selama dia tidak mengesampingkan peran sebagai fungsinya sebagai seorang ibu, tidak masalah, yang jadi justru ketika dia berkarir tapi mengesampingkan tugasnya sebagai ibu atau seorang istri.”
A : “Memang Idealnya seorang ibu rumah tangga itu seperti apa?”
B : “Bisa melaksanakan tugas-tugasnya sebagai seorang ibu terlepas dia menjadi dosen, pengajar atau pedagang. tidaka pa-apa profesi apapun dilakukan, yang tidak boleh adalah mengesampingkan peran dan fungsinya sebagai ibu dan istri karena akan berdampak kepada psikologi anak.”
A : “Dampak yang akan terjadi bagi sang anak?”
B : “kepribadian seorang anak, seperti watak dan karakternya itu dibentuk dominan di keluarga, bayangkan usia anak yang masih dalam tumbuh kembang tanpa seorang ibu, dia akan mencari figur lain untuk dijadikan panutan. Ketika menemukan figur yang kurang baik, maka akan menjadi anak yang tidak baik pula.”
A : “dengan demikian bila seorang ibu tidak mengasuh anak, itu akan merampas hak asasi anak?”
B : “iya, menyusui , merawat itukan kewajiban seorang ibu.”
A : “Tetapi bila suami mengijinkan bagaimana?”
B : “Kalau menggunakan hukum agama dalam islam, apapun yang dilakukan seorang istri itu harus dengan ijin suami, tidak boleh istri melakukan apapun tanpa ijin suami karena suami adalah imam.”
A : “Sisi positif bila anak tidak diasuh oleh ibu kandungnya?”
B : “Ngga ada.”
A : “Bukankah anak bisa belajar untuk mandiri?”
B : “Bisa jadi mandiri, tapi tidak selalu orang tua sibuk, artinya keperluan anak yang paling mendasar adalah ibunya.”
A : “Kalau begitu, dampak-dampak buruk ketika wanita memutuskan untuk berkarir?”
B : “Gak selalu berdampak buruk asalkan dapat membagi waktu.”
A : “Bagaimana dengan fenomena kekerasan terhadap anak yang dilakukan oleh seorang pengasuh?”
B : “Nah itu dia, dari pengasuh salah satunya. Seorang ibu memberikan hak asuh kepada orang lain, sedekat apapun seorang pengasuh dengan anak, tidak sama dengan ibu asli, hal tersebutkan dapat dengan mudah melakukan aksi kekerasan karena tidak terkontrol. Apalagi diusia anak yang membutuhkan kontrol dan pengawasan dari ibunya, itu menentukan dia akan menjadi penjahat atau apapun itu ditentukan pada saat usia kecil. Ibarat gelas yang diisi air, jika gelas diisi air berwarna merah, maka anak akan menjadi merah. Jadi, anak itu adalah cermin dari apa yang ditanamkan oleh ibunya.”
A : “Selama ini, fenomena dampak yang paling terburuk yang pernah terjadi seperti apa?”
B : “Emosional dan labil, akan cenderung menjadi anak yang liar karena ketika dia butuh kasih sayang ibunya tidak ada, maka dia akan mencari pelampiasan, yg lebih parah, dia akan mencapai sebuah titik yang berakibat frustasi dan bisa sampai broken home. Tidak ada yang mustahil tanpa pengawasan seorang ibu, bisa sampai melampiaskan kepada hal2 negatif seperti narkoba contohnya.”
A : “Untuk mencegah hal-hal buruk tadi?”
B : “Ya seharusnya tidak menjadi wanita karir, karena itu konsekuensi logis, hak2 anak mendapat kasih sayang dari ibunya jadi berkurang.”
A : “Tadi kan pencegahan ya pak, nah, bila sudah terjadi, upaya yang harus dilakukan?”
B : “Yang paling baik adalah tidak menbuat hal itu terjadi, jika sudah terlanjur mempunyai kelainan-kelainan emosional dan psikologi, maka ibu harus membangun kedekatan persuasif seperti kerangka komunikasi, minimal satu hari orang tua harus bertanya kepada anak ,”apa yang menjadi masalahmu hari ini, atau apa yang ibu bisa bantu nak.” begitu.”
A : “Nah, yang terakhir pak, ada pesan yang ingin disampaikan kepada para iburumah tangga yang berkarier?”
B : “Kalau mau menitipkan harus kepada orang yang jelas asal usul dan disiplin keilmuannya karena sekarang banyak lembaga penitipan anak seperti itu.”
DAFTAR RIWAYAT HIDUP (PENGASUH ANAK)
DATA PERSONAL
NAMA : NUR ASNI
TEMPAT,TANGGAL LAHIR: ACEH UTARA, 9 JANUARI 1982 (29)
JENIS KELAMIN : WANITA
STATUS PERNIKAHAN : MENIKAH
SUAMI : YANA (38)
ANAK : EDITA (9)
KEWARGANEGARAAN : INDONESIA
ALAMAT : DUMPIT GANDASARI RT 02 RW 07 KEL. GANDASARI KEC.JATIUWUNG TANGERANG -BANTEN
TELP : 081280152808
PENDIDIKAN
SDN CODGIRAK 4 ACEH
SMP SIMPANG 4
SMA SIMPANG 4
RIWAYAT KERJA
PT. PMP
PT. RPU
PT AMSUMTEK
Berikut adalah hasil wawancara saya dengan Nur Asni ( 29) yaitu orang yang menjadi pengasuh dari dua balita yaitu Puput (6), dan Neyla (2). Yang mana ibu dari anak tersebut adalah seorang wanita karier yang bernama Sumarni (29). Wawancara dilakukan dengan tatap muka, berlangsung pada hari sabtu malam, 9 April 2011, bertempat di rumah narasumber, Kp Dumpit Rt 02 Rw 07 Kel. Gandasari, Kec, Jatiuwung, Tangerang-Banten.
Ket.
* A (Saya, wartawan)
B (Narasumber)
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
A : “mba, kenapa mba bersedia mengurus anak dari mba Sumarni?”
B : “ya karena dipinta, sodara juga jadi gak enak kalo di tolak”
A : “apa ngga repot ngasuh anak kecil dua sekaligus?”
B : “ya cape , tapi karena kebutuhan jadi gimana lagi.”
A : “tapi kalo menurut mba, apa baik ibu rumah tangga memilih berkarir ketimbang mengurus anak?”
B : “harusnya mah ngurus anak sendiri, karena anaknya masih kecil, kasian lagi butuh-butuhnya kasih sayang”
A : “berarti berpengaruh sama jiwanya anak ya mba?”
B : “iyalah, namanya juga anak masih kecil, lagi butuh-butuhnya ibu, harusnya ibunya ngasuh sendiri.”
A : “apa mba pernah nasehatin mba Sumarni buat ngasuh anaknya sendiri?”
B : “saya gak pernah ngomong, saya sih maklum aja namanya juga cari uang.”
A : “bagaimana cara mba mendidik anak asuh?”
B : “ya dikasih pendidikan aja, saya ajarin gambar, pipis sendiri, makan sendiri,gitu.”
A : “suka dukanya menjadi pengasuh mba?”
B : “sukanya ya anaknya lucu-lucu, ngegemesin, dukanya suka nakal, waktu main sama tidur saya juga jadi kurang.”
A : “nah, kalau anak asuh mba nakal, biasanya mba kasih hukuman atau apa gitu?”
B : “ paling juga saya pelototin atau saya marahin, biar gak nakal lagi.”
A : “harapan mba kedepannya gimana mba, buat anak-anak yang gak diasuh sama ibunya sendiri,atau buat ibu rumah tangga yang lebih memilih kerja?”
B : “ya semoga anaknya pas udah gede gak ngelunjak sama ibu kandungnya,terus ibunya juga semoga ngurus anaknya aja jangan kerja, ada rasa prihatin lah sama anak yang masih kecil.”
A : “yang terakhir mba, arti hari Kartini buat mba itu apa?”
B : “hari Kartini itu kan nanti ya tangga 21 april, biasanya banyak lomba kebaya gitu, lomba masak, jadi harinya buat wanita-wanita lah bisa diartiin kayak gitu.”
DAFTAR RIWAYAT HIDUP (WANITA KARIER)
DATA PERSONAL
NAMA : SUMARNI
TEMPAT,TANGGAL LAHIR: GUNUNG KIDUL, 25 MEI 1982 (29)
JENIS KELAMIN : WANITA
STATUS PERNIKAHAN : MENIKAH
SUAMI : CUCU (38)
ANAK : PUPUT (6), NEYLA (2)
KEWARGANEGARAAN : INDONESIA
ALAMAT : DUMPIT GANDASARI RT 03 RW 07 KEL. GANDASARI KEC.JATIUWUNG TANGERANG -BANTEN
TELP : 082124867868
PENDIDIKAN
SDN DILEM
SMP MUHAMMADIYAH SMIN
SMAN 1 WATUPAYUNG
RIWAYAT KERJA
PT. WIKAS
PT. SINARANCOL
PT. PMM
Berikut adalah hasil wawancara saya dengan seorang wanita karier bernama Sumarni (29). Saat ini, dirinya mempunyai dua anak yang masih balita, yaitu Puput (6), dan Neyla (2), yang keduanya diurus oleh seorang pengasuh. Wawancara dilakukan dengan tatap muka, berlangsung pada hari sabtu malam, 9 April 2011, bertempat di rumah narasumber, Kp Dumpit Rt 03 Rw 07 Kel. Gandasari, Kec, Jatiuwung, Tangerang-Banten.
Ket.
* A (Saya, wartawan)
B (Narasumber)
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
A : “Mba, Kenapa mba kerja?”
B : “ya...untuk membantu suami, bantu perekonomian, buat beli susu anak.”
A : “berarti suami mengijinkan, atau dulu belum diijinkan tapi sekarang sudah?”
B : “dari dulu juga diijinin ko sama suami,sebelum menikah kan saya kerja, udah nikah masih kerja, terus waktu punya anak dilanjutin kerja, jaman sekarang kan nyari kerja susah, makanya gak saya tinggalin, suami mah yang penting niatnya baik.”
A : “berarti anak mba diasuh sejak masih bayi sekali?”
B : “iya itu tadi, kan nyari kerja sekarang susah, sayang kalo ditinggal.”
A : “terus cara mba bagi waktu antara anak dengan kerjaan kayak gimana? Apa ngga repot?”
B : “ngga kok biasa aja kan ada yang ngasuh, kerjanya pagi jam 7 dititipin, pulangnya jam 7 malem nanti langsung diambil dipengasuhnya, gitu.”
A : “Nah, selama ini yang ngasuh anak mba siapa?”
B : “sama sodara, kalo dulu sama temen.”
A : “apa ngga khawatir mba, anak mba yang masih kecil itu diasuh orang lain?”
B : “ngga, kita mah yang penting saling percaya aja, kan saya juga kenal sama yang ngasuhnya, jadi gak ada pikiran kalo dia jahatin anak saya.”
A : “selama ini kan di berita banyak ya mba kasus kekerasan terhadap anak oleh pengasuhnya, nah pendapat mba kayak gmna?”
B : “ya kalo liat di TV mah mungkin itu karena pengasuhnya bukan sodara. Saya juga gak berani kalo anak saya diasuh sama orang yang gak saya kenal.”
A : “mmm gitu ya mba. Terus mba kan sibuk kerja ya, gak hawatir anaknya kurang kasih sayang gitu mba?”
B : “ya ngga juga, kan kalo malem anaknya sama saya, saya yang susuin, terus nina boboin, itu juga kan kasih sayang.”
A : “kalo terhadap pertumbuhan anak mba, ada ketakutan ngga sih nanti anak jadi gak nurut sama ibunya sendiri?.”
B : “ngga ah biasa aja.”
A : “memangnya kalo menurut mba, peran ibu harusnya kayak gimana?”
B : “ya harus bisa nyusuin anaknya, ngurus anaknya, tapi kan ada peran istri juga bantu suami.”
A : “ kalo menurut mba hari Kartini itu apa?”
B : “hari Kartini itu harinya buat cewe atuh, dulunya kan kartini itu pahlawan.”




