• RSS
  • Facebook
  • Twitter
Comments


LAPORAN PRESENTASI
KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI
“MARITAL COMMUNICATION THEORY”
FISIP








Di susun oleh:
     NO
NAMA
NIM
KET
1
REBECCA T
6662091715

2
SUSAN S.J
6662091723

3
TULUS M
6662091725


PRODI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS NEGERI SULTAN AGENG TIRTAYASA
2010



Komunikasi Martial
Hubungan Suami dengan Istri
Kalau hubungan antara dua orang dari jenis kelamin yang berbeda melewati batas hubungan berkategori intim dan akrab maka pasangan lelaki dengan perempuan tersebut bisa meningkatkan hubungan menjadi suami dan istri.
Hubungan suami-istri ditandi dengan gaya cinta yang akrab dan intim. Cinta yang akrab itu masih perlu ditambah dengan suatu tanda atau simbol keintiman relasi. Misalnya melalui pelembagaan seksual (hubungan seksual) di antara mereka untuk membentuk keturunan. Dilihat dari hubungan internal maka isi dan mutu dari hubungan suami-istri ditandai dengan keterbukaan tak terbatas, memberi dan menerima seluruh hidupnya dalam kelebihan dan kekurangan bahkan sampai mati di bawah satu atap yang melindungi mereka dari teriknya matahari dan turunnya hujan.
Hubungan Orangtua dengan Anak-anak
Jenis hubungan ini adalah hubungan yang terlihat di antara orangtua dengan anak-anak mereka dalam satu keluarga inti. Anak-anak merupakan hasil perkawinan, buah cinta yang mendalam dari sepasang suami istri, anak-anak adalah wujud dari kesatuan mereka. Maka hubungan di antara orangtua dengan anak-anak perlu dibedakan dengan hubungan dengan anak-anak yang bukan kelahiirannya. Jenis hubungan ini ditandai ditandai oleh prinsip hubungan ketat berdasarkan pertalian darah. Perasaan yang tumbuh pada hubungan orangtua dengan anak-anak adalah perasaan yang mendalam pada prinsip rasa “kita” daripada rasa “mereka”.

Masalah Komunikasi dalam Pernikahan
 

Jangan menganggap sepele jika pertengkaran dan perdebatan sudah menjadi kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga. Masalah yang terus menumpuk di dalam pernikahan tak jarang berakhir tragis dengan terjadinya perceraian.
Namun memendam masalah tanpa mendiskusikannya dengan pasangan juga tidak membuat hubungan pernikahan menjadi lebih sehat.

Tak jarang karena egois, pasangan suami-istri tak mampu berkompromi untuk hal-hal kecil. Baik suami maupun istri mengharapkan pasangannya untuk berubah. Perbedaan pendapat dalam diskusi akhirnya berujung pada adu mulut. Jika “masalah-masalah kecil” semacam itu tak mampu diselesaikan, masalah yang lebih serius akan semakin memanaskan perdebatan menjadi percekcokan.

Masalahnya, memang tidak penah ada dua orang yang benar-benar serupa. Selalu ada perbedaan latar belakang, pandangan, kepribadian atau pekerjaan sekali pun. Tentu saja bukan hal yang mudah untuk menyatukan dua hal yang berbeda dalam hubungan seumur hidup. Diperlukan limpahan cinta, kepercayaan dan kesabaran untuk memulainya. Tentu saja Anda tetap harus menyampaikan pendapat dan ketidaksetujuan Anda pada pasangan, namun semua itu harus dilakukan dengan bijak.
Komunikasi yang tepat merupakan hal yang sangat penting pada pernikahan yang sehat. Pernikahan menjadi ideal jika terjadi komunikasi dua arah. Jika salah seorang tak bisa menyampaikan pendapat atau salah seorang memonopoli pembicaraan, maka yang terjadi hanya komunikasi satu arah.

Jangan pernah merasa takut untuk beradu pendapat dengan pasangan. Suami dan istri merupakan dua individu yang terpisah dan wajar jika berbeda pendapat. Yang penting, pasangan suami-istri harus mampu mengelola perbedaan pendapat itu dengan baik. Karena memiliki pola pikir yang berbeda, pria dan wanita seringkali hanya bisa “berbicara” tapi tak mampu benar-benar “berkomunikasi”. Jika ini terjadi, hubungan di antara mereka justru akan semakin memburuk. Karena itu, pasangan suami-istri perlu menemukan cara berkomunikasi yang efektif.
Untuk dapat melakukannya dengan baik, suami maupun istri harus belajar untuk lebih saling memahami, mengenali dan menerima pandangan pasangannya.
Ada lima tingkat komunikasi yang perlu dipahami oleh pasangan suami istri:
1. Tingkat penerimaan
2. Berbagi informasi
3. Berbagi gagasan
4. Berbagi perasaan
5. Keintiman (berbagi segalanya)
Perbedaan tingkat komunikasi antara suami dan istri tak jarang membuat komunikasi tak berjalan lancar seperti yang diinginkan. Sebagai tambahan, pasangan suami istri harus belajar mencintai, saling menerima satu sama lain serta belajar untuk benar-benar mendengarkan.

Pentingnya Komunikasi dalam Perkawinan
 Sebelum menikah sepasang kekasih yang tengah menjalin cinta dapat merasakan betapa indahnya hari-hari yang telah mereka lalui, betapa senang saat-saat ketika mereka bertemu dan memadu janji. Dari beberapa kali pertemuan yang kemudian berlanjut ke komitmen untuk hidup bersama membina mahligai rumah tangga, tentu yang menjadi tujuan utama adalah mencapai kebahagiaan yang hakiki, yang kalau mungki kebahagiaan itu dapat dipertahankan seumur hidup.
Selain usaha dan niat yang tulus untuk mencapai kebahagiaan perkawinan, komunikasi juga merupakan hal yang penting untuk menunjang sikap positif yang telah diambil itu. Karena komunikasi dapat menengkan dan menyamankan pasangan dari pikiran yang tidak-tidak. Dengan komunikasi, suami dapat memberitahu isterinya tentang segala kegiatannya.
 Dapat dibayangkan jika komunikasi yang baik dan lancar tidak terdapat pada pasangan suami-isteri. Rasa curiga atau pikiran negatif akan selalu menghantui benak si isteri, bahkan akan meracuni pikirannya ketika suami belum juga pulang atau pulang larut malam. Yang timbul dalam pikirannya pada saat saat seperti itu tentu saja kecemasan-kecemasan kalau-kalau suaminya berselingkuh, kecelakaan atau hal-hal lain diluar perkiraannya.
 Bagaimanapun komunikasi dengan pasangan itu penting untuk menjembatani hati dan perasaan pasangan suami isteri. Semua yang indah tentu saja terjadi karena adanya komunikasi. Komunikasi yang lancar dan aktif dapat menjalin cinta dan kebersamaan yang dilalui terasa semakin indah dan berkesan. Ketika perasaan cinta dan sayang menjadi sesuatu yang amat dibutuhkan, komunikasi adalah alat yang penting untuk menyampaikannya kepada yang bersangkutan dan untuk memecahkan masalah perlu berkomunikasi.
 Tanpa komunikasi hubungan yang baik yang telah terjalin selama ini otomatis akan terputus. Jadi alangkah baiknya komunikasi itu tetap terjalin dengan aktif dan lancar. Bagaimanapun komunikasi itu penting untuk menyampaikan aspirasi yang ada di dalam hati kita pada orang yang kita cintai.
HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN KEBAHAGIAAN PERKAWINAN PADA PASANGAN SUAMI ISTri
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara komunikasi interpersonal dengan kebahagiaan perkawinan. Masalah penelitian yang diajukan adalah bagaimana pentingnya komunikasi interpersonal dapat mempengaruhi kebahagiaan dalam sebuah perkawinan. Komunikasi interpersonal bersifat membangun atau merusak sebuah hubungan antara manusia (Benokraitis 1996), maka pasangan suami istri harus dapat melakukan komunikasi interperaonal dengan baik. Didalam sebuah perkawinan hendaknya menghindari beberapa faktor yang akan mengurangi komunikasi interpersonal, antara lain: pasangan tidak saling mendengarkan satu sama lain, tidak saling memberikan respon dengan baik, saling menyalahkan , mengkritik, dan membantah, pasangan saling mencari kambing hitam untuk menghindari dari suatu masaah, pasangan saling memaksakan atau menghina dan pasangan menggunakan perilaku diam dalam menyelesaikan masalah-masalahnya. Dengan komunikasi interpersonal akan tercapai kesejahteraan dan keselarasan timbal balik yang baik. Keselarasan tersebut dapat membantu sebuah perkawinan dalam membuat langkah dalam menyelesaikan masalah perkawinan yang dapat membuat kebahagiaan perkawinan dimasa yang akan datang (Lederer & Jackson dalam Thomas 1977) Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, dengan analisis statistik yang digunakan adalah korelasi product moment, dengan bantuan program SPSS ver 11.5 for windows. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 65 orang dengan karakteristik pria dan wanita yang sudah menikah dengan usia perkawinan 1-20 tahun, memiliki pendidikan minimal SMU atau sederajatnya, dan berstatus sosial ekonomi menengah keatas dengan penghasilan > Rp5.000.000. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner, dengan teknik sampling yang digunakan adalah accidental sampling. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif signifikan antara komunikasi interpersonal dengan kebahagiaan perkawinan. Tinggi rendahnya kebahagiaan perkawinan dipengaruhi tingkat komunikasi interpersonal. Hal ini ditunjukkan oleh hasil penelitian dimana korelasi product moment pada penelitian ini menunjukkan signifikansi sebesar 0,000 ( P < 0,05). Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Benokraitis (1996) dalam bukunya yaitu komunikasi interpersonal dapat bersifat membangun tetapi juga dapat bersifat merusak sebuah hubungan. Jadi semakin baik pasangan suami istri melakukan komunikasi interpersonal maka semakin tinggi pula kebahagiaan perkawinan yang mereka rasakan.




















DAFTAR ISI
Daftar Isi         ..........................................................................................................             1
1. Pengantar
1.1 Definisi Komunikasi................................................................................             2
1.2 Definisi Komunikasi Antarpribadi...........................................................             2
1. 3 Marital communication theory................................................................             2
2. Komunikasi Dalam Perkawinan
2. 1 Pentingnya komunikasi dalam perkawinan............................................ 3
2. 2 Hubungan sumami dengan isteri............................................................              4
2. 3 Hubungan Orangtua dengan Anak.........................................................             4
2. 4 Hubungan Antara Komunikasi Interpersonal Dengan Kebahagiaan
       Perkawinan Pada Pasangan Suami Istri..................................................             5
3. Teori
3.1 Teori Relationship
3. 1. 1 Teori Komunikasi yang pragmatis..........................................             7
3. 1. 2 Teori Persepsi Antarpribadi....................................................             7
4. Diskusi Kelompok
            4. 1 Pertanyaan..............................................................................................             8
            4. 2 Jawaban..................................................................................................             8




1. PENGANTAR
I . I DEFINISI KOMUNIKASI
Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari seorang komunikator (orang yang menyampaikan pesan) kepada komunikan (orang yang menerima pesan) melalui media tertentu dan dengan efek tertentu. Tidak hanya sampai disana, komunikasi yang efektif akan menghasilkan feedback yaitu sinonim dari timbal balik. Terdapat dua macam bentuk pesan yaitu pesan verbal dan pesan nonverbal. Pesan verbal ialah pesan yang di ucapkan melalui kata-kata dan penyampaiannya melalui lisan sedangkan pesan nonverbal merupakan pesan yang berupa simbol, tanda dan lambang seperti gerak gerik tubuh dan lain-lain.
I . 2 DEFINISI KOMUNIKASI ANTARPRIBADI
Menurut Devito (1976), komunikasi antarpribadi merupakan pengiriman pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain dengan efek dan umpan balik yang langsung. Sedangkan menurut Tan (1981), komunikasi antarpribadi adalah komunikasi tatap muka antara dua orang lebih.
Komunikasi antar pribadi adalah bentuk komunikasi antara dua orang yang bersifat diadik (dekat atau intim), komunikasi antar pribadi yang efektif akan menghasilkan feedback yang cepat karena berlangsung secara tatap muka.
I . 3 MARITAL COMMUNICATION THEORY
Marital communication theory
Definisi komunikasi marital, menurut kamus besar bahasa indonesia adalah hubungan suami dan istri. Komunikasi marital adalah bentuk interaksi sebuah hubungan pernikahan, yaitu komunikasi antara suami dan istri, komunikasi antara ibu dan anak, komunikasi antara istri dengan mertua dan lain-lain tetapi masih kedalam konteks interpersonal (komunikasi antara dua orang).



2.  KOMUNIKASI DALAM PERKAWINAN
2. 1 Pentingnya Komunikasi dalam Perkawinan
Hubungan komunikasi antar pribadi dengan hubungan perkawinan adalah untuk mencegah berbagai hambatan dan noise yang terjadi supaya komunikasi menjadi efektif. Pemaparannya seperti ini:
Dalam hubungan antara suami dan isteri, komunikasi merupakan hal yang penting untuk menunjang sikap positif yang di ambil, komunikasi dapat menenangkan dan menyamankan pasangan dari pikiran yang tidak-tidak. Dengan komunikasi, suami dapat memberitahu isterinya tentang segala kegiatannya.
Dapat dibayangkan jika komunikasi yang baik dan lancar tidak terdapat pada pasangan suami-isteri. Contohnya rasa curiga atau pikiran negatif akan selalu menghantui benak si isteri, bahkan akan meracuni pikiran ketika suami belum juga pulang atau pulang larut malam. Yang timbul dalam pikiran  tentu saja kecemasan kalau-kalau suaminya berselingkuh, kecelakaan atau hal-hal lain diluar perkiraannya.
Bagaimanapun komunikasi dengan pasangan itu penting untuk menjembatani hati dan perasaan pasangan suami isteri. Komunikasi yang lancar dan aktif dapat menjalin cinta dan kebersamaan yang dilalui terasa semakin indah dan berkesan. Ketika perasaan cinta dan sayang menjadi sesuatu yang amat dibutuhkan, komunikasi adalah alat yang penting untuk menyampaikannya kepada yang bersangkutan dan untuk memecahkan masalah perlu berkomunikasi.
Tanpa komunikasi hubungan yang baik yang telah terjalin selama ini otomatis akan terputus. Jadi alangkah baiknya komunikasi itu tetap terjalin dengan aktif dan lancar. Bagaimanapun komunikasi itu penting untuk menyampaikan aspirasi yang ada di dalam hati kita pada orang yang kita cintai.



2. 2. Hubungan Suami dengan Istri
Hubungan suami-istri ditandi dengan simbol keintiman relasi (hubungan seksual) di antara mereka untuk membentuk keturunan. Dilihat dari hubungan internal maka isi dan mutu dari hubungan suami-istri ditandai dengan keterbukaan tak terbatas, memberi dan menerima seluruh hidupnya dalam kelebihan dan kekurangan.
2. 3 Hubungan Orangtua dengan Anak-anak
Jenis hubungan ini adalah hubungan yang terlihat di antara orangtua dengan anak-anak mereka dalam satu keluarga inti. Anak-anak merupakan hasil perkawinandan merupakan wujud dari kesatuan mereka. Maka hubungan di antara orangtua dengan anak-anak perlu dibedakan dengan hubungan dengan anak-anak yang bukan kelahirannya. Jenis hubungan ini ditandai oleh prinsip hubungan ketat berdasarkan pertalian darah. Perasaan yang tumbuh pada hubungan orangtua dengan anak-anak adalah perasaan yang mendalam.

Tak jarang karena egois, pasangan suami-istri tak mampu berkompromi untuk hal-hal kecil. Baik suami maupun istri mengharapkan pasangannya untuk berubah. Perbedaan pendapat dalam diskusi akhirnya berujung pada adu mulut. Jika masalah kecil semacam itu tak mampu diselesaikan, masalah yang lebih serius akan semakin memanaskan perdebatan menjadi percekcokan.

Karena diantara dua orang selalu ada perbedaan latar belakang, pandangan, kepribadian atau pekerjaan sekali pun. Tentu saja bukan hal yang mudah untuk menyatukan dua hal yang berbeda dalam hubungan seumur hidup. Diperlukan kepercayaan dan kesabaran dan tentu saja harus menyampaikan pendapat dan ketidaksetujuan pada pasangan, namun semua itu harus dilakukan dengan bijak.
Komunikasi yang tepat merupakan hal yang sangat penting pada pernikahan yang sehat. Pernikahan menjadi ideal jika terjadi komunikasi dua arah. Jika salah seorang tak bisa menyampaikan pendapat atau salah seorang memonopoli pembicaraan, maka yang terjadi hanya komunikasi satu arah.

Suami dan istri merupakan dua individu yang terpisah dan wajar jika berbeda pendapat. Yang penting, pasangan suami-istri harus mampu mengelola perbedaan pendapat itu dengan baik.  Karena itu, pasangan suami-istri perlu menemukan cara berkomunikasi yang efektif.
Untuk dapat melakukannya dengan baik, suami maupun istri harus belajar untuk lebih saling memahami, mengenali dan menerima pandangan pasangannya.
Ada lima tingkat komunikasi yang perlu dipahami oleh pasangan suami istri:
1. Tingkat penerimaan
2. Berbagi informasi
3. Berbagi gagasan
4. Berbagi perasaan
5. Keintiman (berbagi segalanya)
Perbedaan tingkat komunikasi antara suami dan istri tak jarang membuat komunikasi tak berjalan lancar seperti yang diinginkan. Sebagai tambahan, pasangan suami istri harus belajar mencintai, saling menerima satu sama lain serta belajar untuk benar-benar mendengarkan.
2. 4 Hubungan Antara Komunikasi Interpersonal Dengan Kebahagiaan Perkawinan Pada Pasangan Suami Istri
Komunikasi interpersonal bersifat membangun atau merusak sebuah hubungan antara manusia (Benokraitis 1996), maka pasangan suami istri harus dapat melakukan komunikasi interperaonal dengan baik. Didalam sebuah perkawinan hendaknya menghindari beberapa faktor yang akan mengurangi komunikasi interpersonal, antara lain: pasangan tidak saling mendengarkan satu sama lain, tidak saling memberikan respon dengan baik, saling menyalahkan , mengkritik, dan membantah, pasangan saling mencari kambing hitam untuk menghindari dari suatu masaah, pasangan saling memaksakan atau menghina dan pasangan menggunakan perilaku diam dalam menyelesaikan masalah-masalahnya. Dengan komunikasi interpersonal akan tercapai kesejahteraan dan keselarasan timbal balik yang baik. Keselarasan tersebut dapat membantu sebuah perkawinan dalam membuat langkah dalam menyelesaikan masalah perkawinan yang dapat membuat kebahagiaan perkawinan dimasa yang akan datang (Lederer & Jackson dalam Thomas 1977). Tinggi rendahnya kebahagiaan perkawinan dipengaruhi tingkat komunikasi interpersonal. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Benokraitis (1996) dalam bukunya yaitu komunikasi interpersonal dapat bersifat membangun tetapi juga dapat bersifat merusak sebuah hubungan. Jadi semakin baik pasangan suami istri melakukan komunikasi interpersonal maka semakin tinggi pula kebahagiaan perkawinan yang mereka rasakan.
3. TEORI
3.1 Teori Relationship
Komunikasi antarpribadi terjadi dalam kelompok kecil, besar, organisasi, maupun massa. Pengertian relationship disini lebih luas daripada sekedar interaksi. Relationship adalah interaksi antara dua orang yang disadari dan melibatkan persepsi yang mereka miliki satu terhadap yang lain. Ada dua macam teori relationship, yaitu Teori Komunikasi yang Pragmatis dan Teori Persepsi Antarpribadi.
3. 1.1  Teori Komunikasi yang Pragmatis
Asumsi dasar dari teori ini adalah pertukaran pesan yang komunikatif bukan terletak pada individu melainkan pada unsur-unsur perilaku komunikasi yang dilakukan mereka. Unsur-unsur perilaku tersebut diantaranya adalah mimik, gerak-gerik, tekanan suara, dan ekspresi wajah. Berdasarkan asumsi komunikasi antarpribadi, terlihat pada suatu sekuen tingkah laku yang tersusun dalam suatu sistem, siklus, dan episode. Tindakan komunikasi dari suatu sebab dan menghasilkan suatu akibat yang berada dalam suatu sistem.
3. 1. 2 Teori Persepsi Antarpribadi
Asumsi dari teori ini adalah perilaku komunikatif seseorang sebagian besar terbentuk oleh persepsi (pengalaman) ketika ia berinteraksi dengan komunikator yang lain. Laing menggunakan pendekatan fenomenologis untuk mempelajari keberadaan manusia melalui analisis terhadap pengalaman manusia maupun kenyataan hidup sebagai suatu pengalaman individu.






4. DISKUSI KELOMPOK
4. 1 Pertanyaan
  1. Inti dari keseluruhan pembahasan mengenai teori marital communication, serta contoh kasusnya seperti apa? (Widya Rahmayanti Putri)
  2. Seperti apakah bentuk hambatan dalam hubungan perkawinan? (Shella Dearisa)
  3. Ketika pasangan suami-isteri bercerai, apakah teori perkawinannya mengalami kegagalan? Lantas seperti apa solusinya? (Noni Kusiyah)
4. 2 Jawaban
  1. Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, definisi marital sendiri menurut kamus bahasa Indonesia adalah hubungan suami dengan isteri. Secara garis besar, asumsi dari teori ini adalah pentingnya komunikasi dalam hubungan peerkawinan yang mencakup hubungan antara suami dengan isteri, anak dengan ibu, menantu dengan mertua, dan lain-lain. karena komunikasi sangat penting demi berlangsungya perkawinan yang harmonis.
  2. Dalam hubungan perkawinan memang tidak selamanya berjalan dengan lancar, tak jarang karena egois, pasangan suami-istri tak mampu berkompromi untuk hal-hal kecil. Baik suami maupun istri mengharapkan pasangannya untuk berubah. Perbedaan pendapat dalam diskusi akhirnya berujung pada adu mulut. Jika masalah kecil semacam itu tak mampu diselesaikan, masalah yang lebih serius akan semakin memanaskan perdebatan menjadi percekcokan. Hambatan yang paling mungkin terjadi adalah tidak adanya rasa saling percaya.
  3. Ya, bisa dibilang gagal. Seperti yang dikatakan Lederer & Jackson dalam Thomas 1977, Sebetulnya dengan komunikasi interpersonal dalam sebuah perkawinan akan tercapai kesejahteraan dan keselarasan timbal balik yang baik. Keselarasan tersebut dapat membantu sebuah perkawinan dalam membuat langkah dalam menyelesaikan masalah perkawinan yang dapat membuat kebahagiaan perkawinan dimasa yang akan datang. Tinggi rendahnya kebahagiaan perkawinan dipengaruhi tingkat komunikasi interpersonal. Hal tersebut juga sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Benokraitis (1996) dalam bukunya yaitu komunikasi interpersonal dapat bersifat membangun tetapi juga dapat bersifat merusak sebuah hubungan. Jadi, semakin baik pasangan suami istri melakukan komunikasi interpersonal maka semakin tinggi pula kebahagiaan perkawinan yang mereka rasakan. Solusinya, jagalah komunikasi dengan baik dalam perkawinan.

Leave a Reply

add your comment in here