• RSS
  • Facebook
  • Twitter
Comments


Analisis Wacana
 Analisis Wacana 'analisis lirik lagu alone at last - muak untuk memuja ; sebuah lagu tentang kejengahan terhadap sistem pemilu'
oleh ; susan sri jayanti (dalam tugas kajian budaya)
komunikasi fisip untirta 2010
Secara singkat, dekonstruksi adalah sebuah metode pembacaan teks sedangkan Identitas adalah mengaplikasikan wacana ke dalam teks (www.wikipedia.com). Teks yang di maksudkan disini adalah tulisan-tulisan yang tertuang ke dalam puisi, novel, atau media seperti grafiti pada dinding sampai ke teks yang ada di sebuah kaos atau baju. Teks yang di tuliskan bukanlah sebuah teks biasa, dalam artian secara tersirat mempunyai sebuah makna, dan sebagian besar makna tersebut adalah semua yang berbau perlawanan. Pada kesempatan kali ini saya akan menganalisis sebuah lirik lagu dan mengkajinya berdasarkan sudut pandang kajian budaya.
Lagu yang saya pilih adalah lagu yang berjudul ‘muak tuk memuja’ yang di populerkan oleh band indie Bandung bernama ‘Alone at Last’. Lagu ini di rilis pada tahun 2004 dan sempet menjadi hits di wilayah Bandung dan sekitarnya.
Berikut saya tuliskan lagu ‘Muak Tuk Memuja’ Band Alone at Last yang kemudian akan saya tuliskan pula hasil analisis saya.
Kau berindah yang terindah
Penuh membual dari smua
Smua percikan
Dan semua beban
Hirup udara untuk memuja
Rentanku mengelak
Lemah ku melihat
Tiba nafasku saat terlelap
Muak tuk melihat
Dan smuanya singgah
Kuteringat dan kau melihat

Kau menyiksa, Bila kau ucap kau bisa
Simpan semua, Setan kau hancurkan mimpi hidupku
Kau mulai bersinar kau mulai berpijar
Takan pernah berubah sampai kau mati

Kembali berjanji
Kalimat indah membuatku tak bernyali
Smua teringat, sumpahpun terucap
Ku tersadar paksa ku tersadar

Maafkan semua
Sakitku cukup menyiksa
Kumuntahkan semua
Ku anggap tak pernah ada
Kau mulai bersinar dan mulai berpijar. Anjiiiiiiiiiing.....
Sadar kau rubah pola hidupku
Kau mulai bersinar dan terus berpijar
Tak terasa dan kau bahagia

Menyiksa, kau hancurkan semua
Lemahkan, kau lemahkan semua
Hancurkan semua
Secara tersurat,  kita dapat mempersepsikan bahwa lagu di atas merupakan lagu tentang kisah cinta anak muda, tetapi apabila diresapi, kita akan mengetahui sisi lain dari lagu tersebut, yaitu kritik tentang fenomena pemilihan umum (pemilu) presiden. Dan analisis saya bukan karena kacamata subyektif saya, tetapi terbukti dengan tahun di rilisnya album Sendiri vs Dunia yang di dalamnya terdapat lagu muak tuk memuja ialah pada tahun 2004.
Dalam kajian budaya, biasanya teks yang termasuk ke dalam wacana identitas atau dekonstruksi adalah kata-kata yang mengandung perlawanan, begitu juga teks yang terdapat di dalam lirik lagu ini.
Pada baris pertama, liriknya berbunyi ‘Kau berindah yang terindah’ yang mengartikan para pejabat yang selalu baik di mata rakyat ditambah lagi dengan politik pencitraan menjadikan mereka terkesan lebih baik (indah).
Lirik selanjutnya, Penuh membual dari smua, Smua percikan Dan semua beban, Hirup udara untuk memuja, Disini mulai terlihat sosok asli para pejabat, di gambarkan ‘penuh membual’ sesuai dengan realita yang ada, dimana para pejabat telah banyak melakukan praktek pembohongan terhadap publik lewat kampanye politiknya. Ketika mereka mulai memberi rakyat janji-janji manis, rakyatpun terbuai, hal tersebut tertulis pada lirik Hirup udara untuk memuja, rakyat yang telah percaya kepada calon wakil rakyat itu mulai simpatik dan menaruh harapan lebih untuk kelangsungan hidup mereka yang lebih baik ketika calon yang mereka banggakan terpilih.
Lirik selanjutnya, Rentanku mengelak Lemah ku melihat, Tiba nafasku saat terlelap, Muak tuk melihat Dan smuanya singgah, Kuteringat dan kau melihat. Untuk rakyat yang menyadari akan politik pencitraanpun tidak dapat berbuat apa-apa, mereka tidak mempunyai upaya untuk menolak terpaan kampanye politik yang ada dimana-mana, di televisi, di jalan-jalan yang di penuhi baligho,pamplet dan spanduk berisikan foto calon anggota parlemen. Mereka (rakyat) yang sadar akan hal tersebut adalah rakyat yang berkaca pada pemilu sebelumnya, yang teknifikasinya serupa di tiap-tiap masa pemilu.
Kau menyiksa,  Pejabat di tuliskan sebagai penyiksa rakyat dengan kekuasaan yang di salah gunakan, dan dengan kekuasaan, mereka dapat mengendalikan rakyat kapanpun (Bila kau ucap kau bisa).
Simpan semua,  rakyat menginginkan para pejabat menghentikan kampanye palsunya karena rakyat tidak membutuhkan itu, Setan kau hancurkan mimpi hidupku, setan disini di simbolkan sebagai pejabat. Rakyat miskin yang mungkin telah menata hidupnya untuk menjadi lebih baik ketika di hadapkan pada kenyataan orang kaya yang makin kaya dan yang miskin semakin termiskinkan memaki pejabat dengan sebutan setan.
Kau mulai bersinar kau mulai berpijar, Takan pernah berubah sampai kau mati, para pejabat dan presiden terpilih akan selalu melakukan politik pencitraan sampai dia lengser dari jabatannya (mati) tersebut.
Kembali berjanji, Kalimat indah membuatku tak bernyali para capres dan cawapres kembali berkampanye dengan  penegasan akan janji-janjinya kepada rakyat, sehingga rakyat kembali mulai bersimpati, Smua teringat, sumpahpun terucap, ketika capres,cawapres , dan anggota parlemen telah terpilih, mereka mengucap sumpah di bawah al-quran, saat itu pula rakyat yang telah mengetahui beberapa kebusukan dari pemimpin tersebut mulai melakukan perlawanan (Ku tersadar paksa ku tersadar).
Maafkan semua, Sakitku cukup menyiksa rakyat melakukan perlawanan karena banyak rakyat yang merasa di tindas dan tidak di sejahterakan hidupnya. Karena hanyalah seorang rakyat yang tidak mempunyai kekuatan besar, rakyatpun tidak dapat berbuat apa-apa Kumuntahkan semua Ku anggap tak pernah ada, tetapi hal tersebut tidaklah menciutkan nyali rakyat untuk terus berjuang memperoleh keadilah, maka rakyat bangkit kembali dengan aksi demonstrasi jalanan menyuarakan aspirasi mereka, karena teguran halus rakyat tidak pernah di dengar, rakyatpun terpaksa menggunakan kata-kata kasar Anjiiiiiiiiiing.....
Sadar kau rubah pola hidupku
Kau mulai bersinar dan terus berpijar
Tak terasa dan kau bahagia

Menyiksa, kau hancurkan semua
Lemahkan, kau lemahkan semua
Hancurkan semua
Di dua baris terakhir tertulis dengan gamblang, para penguasa selalu tertawa di atas penderitaan rakyatnya, mereka yang berlimpahkan harta sama sekali tidak menjamah rakyatnya yang kelaparan, miskin dan bodoh akibat ulah mereka. Terpilihnya mereka sebagai pemimpin tidak lantas memberi solusi terhadap persoalan-persoalan negeri ini, mereka hanya membodohi rakyat yang sudah bodoh dan memiskinkan rakyat yang sudah miskin.
Band Alone at Last yang seluruh personelnya adalah para remaja berusia +20 tahun, telah membuktikan bahwa tidak semua Anak band hanya menciptakan lagu-lagu cinta, tetapi masih banyak remaja yang peduli akan keadaan sosial mereka merupakan sosok-sosok yang ktitis dan bentuk dari ke-kritisan tersebut dapat dituangkan lewat apa termasuk ke dalam lagu. Seperti itulah analisis saya terhadap lagu Muak tuk Memuja dari Band Alone at Last. Terimakasih.

Leave a Reply

add your comment in here