KOMUNIKASI INTERPERSONAL
Pengertian komunikasi Interpersonal
Kita dapat memahami makna atau pengertian dari komunikasi interpersonal dengan mudah jika sebelumnya kita sudah memahami makna atau pengertian dari komunikasi intrapersonal. Seperti menganonimkan saja, komunikasi intrapersonal dapat diartikan sebagai penggunaan bahasa atau pikiran yang terjadi di dalam diri komunikator sendiri. Jadi dapat diartikan bahwa komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang membutuhkan pelaku atau personal lebih dari satu orang. R Wayne Pace mengatakan bahwa komunikasi interpersonal adalah Proses komunikasi yang berlangsung antara 2 orang atau lebih secara tatap muka.
Komunikasi Interpersonal menuntut berkomunikasi dengan orang lain. Komunikasi jenis ini dibagi lagi menjadi komunikasi diadik, komunikasi publik, dan komunikasi kelompok kecil.
Komunikasi Interpersonal juga berlaku secara kontekstual bergantung kepada keadaan, budaya, dan juga konteks psikologikal. Cara dan bentuk interaksi antara individu akan tercorak mengikuti keadaan-keadaan ini.
Sistem Komunikasi Interpersonal
Menurut Drs. Jalaluddin Rahmat, M.Sc. lewat bukunya yang berjudul Psikologi Komunikasi, beliau menjelaskan tentang sistem dalam komunikasi interpersonal seperti:
- Persepsi Interpersonal
- Konsep Diri
- Atraksi Interpersonal
- Hubungan Interpersonal.
Dalam tulisan ini, Tim Penulis hanya menjelaskan point hubungan interpersonalnya saja. Karena Tim Penulis beranggapan, pembahasannya terlalu rumit dan dianggap dalam point hubungan interpersonal pembahasannya jelas sehingga mudah dimengerti.
- Atraksi interpersonal
Atraksi interpersonal adalah kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya tarik seseorang. Komunkasi antarpribadi dipengaruhi atraksi interpersonal dalam hal:
1. Penafsiran pesan dan penilaian. Pendapat dan penilaian kita terhadap orang lain tidak semata-mata berdasarkan pertimbangan rasional, kita juga makhluk emosional. Karena itu, ketika kita menyenangi seseorang, kita juga cenderung melihat segala hal yang berkaitan dengan dia secara positif. Sebaliknya, jika membencinya, kita cenderung melihat karakteristiknya secara negatif.
2. Efektivitas komunikasi. Komunikasi antarpribadi dinyatakan efektif bila pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan. Bila kita berkumpul dalam satu kelompok yang memiliki kesamaan dengan kita, kita akan gembira dan terbuka. Bila berkumpul dengan denganorang-orang yang kita benci akan membuat kita tegang, resah, dan tidak enak. Kita akan menutup diri dan menghindari komunikasi.
Hubungan Interpersonal
Komunikasi yang efektif ditandai dengan hubungan interpersonal yang baik. Kegagalan komunikasi sekunder terjadi, bila isi pesan kita dipahami, tetapi hubungan di antara komunikan menjadi rusak. Anita Taylor mengatakan Komunikasi interpersonal yang efektif meliputi banyak unsur, tetapi hubungan interpersonal barangkali yang paling penting.
Untuk menumbuhkan dan meningkatkan hubungan interpersonal, kita perlu meningkatkan kualitas komunikasi. Beberapa faktor yang mempengaruhi komunikasi interpersonal adalah:
1. Percaya (trust)
Bila seseorang punya perasaan bahwa dirinya tidak akan dirugikan, tidak akan dikhianati, maka orang itu pasti akan lebih mudah membuka dirinya. Percaya pada orang lain akan tumbuh bila ada faktor-faktor sebagai berikut:
a. Karakteristik dan maksud orang lain, artinya orang tersebut memiliki kemampuan, keterampilan, pengalaman dalam bidang tertentu. Orang itu memiliki sifat-sifat bisa diduga, diandalkan, jujur dan konsisten.
b. Hubungan kekuasaan, artinya apabila seseorang mempunyai kekuasaan terhadap orang lain, maka orang itu patuh dan tunduk.
c. Kualitas komunikasi dan sifatnya mengambarkan adanya keterbukaan. Bila maksud dan tujuan sudah jelas, harapan sudah dinyatakan, maka sikap percaya akan muncul.
2. Perilaku suportif akan meningkatkan kualitas komunikasi. Beberapa ciri perilaku suportif yaitu:
a. Evaluasi dan deskripsi: maksudnya, kita tidak perlu memberikan kecaman atas kelemahan dan kekurangannya.
b. Orientasi maslah: mengkomunikasikan keinginan untuk kerja sama, mencari pemecahan masalah. Mengajak orang lain bersama-sama menetapkan tujuan dan menetukan cra mencapai tujuan.
c. Spontanitas: sikap jujur dan dianggap tidak menyelimuti motif yang pendendam.
d. Empati: menganggap orang lain sebagai persona.
e. Persamaan: tidak mempertegas perbedaan, komunikasi tidak melihat perbedaan walaupun status berbeda, penghargaan dan rasa hormat terhadap perbedaan-perbedaan pandangan dan keyakinan.
f. Profesionalisme: kesediaan untuk meninjau kembali pendapat sendiri.
3. Sikap terbuka, kemampuan menilai secara obyektif, kemampuan membedakan dengan mudah, kemampuan melihat nuansa, orientasi ke isi, pencarian informasi dari berbagai sumber, kesediaan mengubah keyakinannya, profesional dll.
Komunikasi ini dapat dihalangi oleh gangguan komunikasi dan oleh kesombongan, sifat malu dll.
Menurut Devito (1976), komunikasi antarpribadi merupakan pengiriman pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain dengan efek dan umpan balik yang langsung. Sedangkan menurut Tan (1981), komunikasi antarpribadi adalah komunikasi tatap muka antara dua orang lebih. Adapun karakteristik komunikasi antarpribadi:
· Terjadi dimana saja dan kapan saja
· Proses berkesinambungan
· Mempunyai tujuan tertentu
· Menghasilkan hubungan yang timbal balik
· Merupakan sesuatu yang dipelajari
Komunikasi antarpribadi memiliki dua fungsi, yaitu fungsi sosial dan fungsi pengambilan keputusan.
1. Fungsi sosial
- Untuk kebutuhan biologis dan psikologis
- Untuk memenuhi kewajiban sosial
- Mengembangkan hubungan timbal balik
- Untuk meningkatkan dan mempertahankan mutu diri sendiri
- Menangani konflik
2. Fungsi pengambilan keputusan
- Manusia berkomunikasi untuk membagi informasi
- Manusia berkomunikasi untuk mempengaruhi orang lain
TEORI RELATIONSHIP
Komunikasi antarpribadi terjadi dalam kelompok kecil, besar, organisasi, maupun massa. Pengertian relationship disini lebih luas daripada sekedar interaksi. Relationship adalah interaksi antara dua orang yang disadari dan melibatkan persepsi yang mereka miliki satu terhadap yang lain. Ada dua macam teori relationship, yaitu Teori Komunikasi yang Pragmatis dan Teori Persepsi Antarpribadi.
1. Teori Komunikasi yang Pragmatis
Antara tahun 1950-1960an, seorang antropolog, Gregory Bateson mengumpulkan suatu kelompok peneliti di Institut Penelitian Mental di Palo Alto, California. Himpunan ini melakukan studi tentang hubungan antarpribadi, mereka kemudian membentuk suatu asosiasi informal yang disebut Kelompok Palo Alto.
Bateson dan para anggota kelompok itu mengaplikasikan gagasan tentang “interaksional” (satu karangan dari studi kesehatan mental dan patologi) ke dalam ilmu komunikasi. Orientasi klinik dibatasi oleh penampilan teori-teori komunikasi antarpribadi dalam suatu perspektif teori yang baru. Hasilnya kelompok Palo Alto menerbitkan karya mereka dengan judul: Pragmatics of Human Communications (Paul Watzlawick, Janice Beavin, Donald Jackson - 1967). Mereka melakukan pendekatan terhadap perspektif interaksional dalam komunikasi. Mereka menganalisis individu sebagai objek yang paling penting dalam berhubungan dengan orang lain, lebih utama lagi dalam sistem interaksional keluarga.
Kelompok Palo Alto tidak tertarik terhadapa penelitian perilaku, jika dibandingkan dengan penelitian hubungan interaksi antarpribadi. Menurut kelompok Palo Alto yang harus dipertanyakan adalah, apa sebab dan bagaimana orang-orang dapat berhubungan satu dengan yang lain? Mereka memandang yang penting dalam interaksi adalah sumber, pesan, saluran, dan penerima.
Mereka menolak paradigma “eksperimen” dalam komunikasi yang mengutamakan hubungan antarvariabel bagi komunikator. Mereka tidak melihat manfaat variabel bebas dan tidak bebas dalam hubungan tersebut. Mereka berpendapat bahwa hubungan antarpribadi merupakan hubungan timbal balik dalam suatu sistem yang dipadu oleh aturan-aturan tertentu. Hubungan tersebut berkembang sehingga timbul pengulangan pola-pola interaksi yang disfungsional yang dapat diidentifikasikan atau malah dapat diganti.
Asumsi dasar dari teori ini adalah pertukaran pesan yang komunikatif bukan terletak pada individu melainkan pada unsur-unsur perilaku komunikasi yang dilakukan mereka. Unsur-unsur perilaku tersebut diantaranya adalah mimik, gerak-gerik, tekanan suara, dan ekspresi wajah. Berdasarkan asumsi komunikasi antarpribadi, terlihat pada suatu sekuen tingkah laku yang tersusun dalam suatu sistem, siklus, dan episode. Tindakan komunikasi dari suatu sebab dan menghasilkan suatu akibat yang berada dalam suatu sistem.
Ada lima Aksioma (suatu kebiasaan umum atau hal yang tidak perlu dibuktikan dengan sesuatu yang ilmiah, namun dapat dipastikan kebenarannya) dalam komunikasi antarpribadi, yaitu:
1. Orang TIDAK dapat tidak berkomunikasi
2. Setiap komunikasi antarpribadi menghasilkan suatu kesenangan dalam berelasi timbal balik, sehingga disebut METAKOMUNIKASI (suatu tanggapan, umpan balik segera yang terjadi secara serempak dalam komunikasi antarpribadi)
3. Memahami komunikasi antarpribadi hendaklah dalam konteks relationship dan terletak pada suatu sekuen interaksi
4. Setiap komunikasi antarpribadi menggunakan sistem kode informasi yang bersifat digital (kode-kode informasi yang mempunyai ciri-ciri tersendiri yang terpisah satu sama lain – verbal/langsung) dan analogis (kode-kode informasi yang satu sama lainnya berkesinambungan dan tidak dapat dipisahkan – nonverbal/gerak-gerik, mimik, …)
5. Setiap komunikasi antarpribadi mencerminkan interaksi yang bersifat simetris (sejajar, searah, dan saling mengembangkan satu sama lain) dan komplementer. Sifat simetris terjadi jika membina, mengembangkan karakteristik-karakteristik peserta yang sama. Sedangkan sifat komplementer terjadi di saat komunikasi antarpribadi bertujuan untuk saling melengkapi karakteristik-karakteristik peserta komunikasi yang berbeda.
2. Teori Persepsi Antarpribadi
Seorang ahli lainnya yang berpengaruh dalam pandangan tentang relasi dalam komunikasi antarpribadi adalah R.D. Laing. Dia menulis sebagian pendapatnya tentang proses dan persepsi dalam komunikasi.
Asumsi dari teori ini adalah perilaku komunikatif seseorang sebagian besar terbentuk oleh persepsi (pengalaman) ketika ia berinteraksi dengan komunikator yang lain. Laing menggunakan pendekatan fenomenologis untuk mempelajari keberadaan manusia melalui analisis terhadap pengalaman manusia maupun kenyataan hidup sebagai suatu pengalaman individu.
Laing membedakan antar pengalaman dan perilaku. Perilaku adalah suatu tindakan terhadap orang lain yang bisa diamati, karena itu perilaku bersifat umum, ekstrinsik, dan keluar. Sedangkan pengalaman adalah perasaan yang mengiringi perilaku atau persepsi terhadap perilaku orang lain. Pengalaman terdiri dari imajinasi, persepsi, dan memori. Perbedaan antara pengalaman dengan perilaku adalah bahwa pengalaman tidak dapat diamati oleh orang lain.
Perilaku yang ditujukan kepada orang lain merupakan fungsi dari dua pengalaman yang berkaitan, yaitu pengalaman yang dipelajari dari orang lain dan pengalaman dalam berelasi.
Tesisnya yang pertama adalah perilaku komunikatif dapat diperluas bentuknya oleh pengalaman atau persepsi, hanya karena ia berhubungan dengan seorang komunikan. Jadi seorang komunikator berhubungan dengan komunikan dalam dua tingkat pengalaman dan persepsi komunikan yaitu, perspektif langsung dan metaperspektif.
Perspektif langsung merupakan persepsi yang aktual tentang perilaku orang lain atau pengalaman orang tersebut dengan individu yang lain dengan perspektif yang lain. Sedangkan metaperspektif adalah pengalaman seorang komunikator atau upayanya untuk menyimpulkan apa yang sedang dirasakan orang lain, yang diterimanya, atau yang dipikirkannya. Dengan kata lain, metaperspektif adalah hal membayangkan tentang persepsi orang lain.
· Terjadi dimana saja dan kapan saja
· Proses berkesinambungan
· Mempunyai tujuan tertentu
· Menghasilkan hubungan yang timbal balik
· Merupakan sesuatu yang dipelajari
Komunikasi antarpribadi memiliki dua fungsi, yaitu fungsi sosial dan fungsi pengambilan keputusan.
1. Fungsi sosial
- Untuk kebutuhan biologis dan psikologis
- Untuk memenuhi kewajiban sosial
- Mengembangkan hubungan timbal balik
- Untuk meningkatkan dan mempertahankan mutu diri sendiri
- Menangani konflik
2. Fungsi pengambilan keputusan
- Manusia berkomunikasi untuk membagi informasi
- Manusia berkomunikasi untuk mempengaruhi orang lain
TEORI RELATIONSHIP
Komunikasi antarpribadi terjadi dalam kelompok kecil, besar, organisasi, maupun massa. Pengertian relationship disini lebih luas daripada sekedar interaksi. Relationship adalah interaksi antara dua orang yang disadari dan melibatkan persepsi yang mereka miliki satu terhadap yang lain. Ada dua macam teori relationship, yaitu Teori Komunikasi yang Pragmatis dan Teori Persepsi Antarpribadi.
1. Teori Komunikasi yang Pragmatis
Antara tahun 1950-1960an, seorang antropolog, Gregory Bateson mengumpulkan suatu kelompok peneliti di Institut Penelitian Mental di Palo Alto, California. Himpunan ini melakukan studi tentang hubungan antarpribadi, mereka kemudian membentuk suatu asosiasi informal yang disebut Kelompok Palo Alto.
Bateson dan para anggota kelompok itu mengaplikasikan gagasan tentang “interaksional” (satu karangan dari studi kesehatan mental dan patologi) ke dalam ilmu komunikasi. Orientasi klinik dibatasi oleh penampilan teori-teori komunikasi antarpribadi dalam suatu perspektif teori yang baru. Hasilnya kelompok Palo Alto menerbitkan karya mereka dengan judul: Pragmatics of Human Communications (Paul Watzlawick, Janice Beavin, Donald Jackson - 1967). Mereka melakukan pendekatan terhadap perspektif interaksional dalam komunikasi. Mereka menganalisis individu sebagai objek yang paling penting dalam berhubungan dengan orang lain, lebih utama lagi dalam sistem interaksional keluarga.
Kelompok Palo Alto tidak tertarik terhadapa penelitian perilaku, jika dibandingkan dengan penelitian hubungan interaksi antarpribadi. Menurut kelompok Palo Alto yang harus dipertanyakan adalah, apa sebab dan bagaimana orang-orang dapat berhubungan satu dengan yang lain? Mereka memandang yang penting dalam interaksi adalah sumber, pesan, saluran, dan penerima.
Mereka menolak paradigma “eksperimen” dalam komunikasi yang mengutamakan hubungan antarvariabel bagi komunikator. Mereka tidak melihat manfaat variabel bebas dan tidak bebas dalam hubungan tersebut. Mereka berpendapat bahwa hubungan antarpribadi merupakan hubungan timbal balik dalam suatu sistem yang dipadu oleh aturan-aturan tertentu. Hubungan tersebut berkembang sehingga timbul pengulangan pola-pola interaksi yang disfungsional yang dapat diidentifikasikan atau malah dapat diganti.
Asumsi dasar dari teori ini adalah pertukaran pesan yang komunikatif bukan terletak pada individu melainkan pada unsur-unsur perilaku komunikasi yang dilakukan mereka. Unsur-unsur perilaku tersebut diantaranya adalah mimik, gerak-gerik, tekanan suara, dan ekspresi wajah. Berdasarkan asumsi komunikasi antarpribadi, terlihat pada suatu sekuen tingkah laku yang tersusun dalam suatu sistem, siklus, dan episode. Tindakan komunikasi dari suatu sebab dan menghasilkan suatu akibat yang berada dalam suatu sistem.
Ada lima Aksioma (suatu kebiasaan umum atau hal yang tidak perlu dibuktikan dengan sesuatu yang ilmiah, namun dapat dipastikan kebenarannya) dalam komunikasi antarpribadi, yaitu:
1. Orang TIDAK dapat tidak berkomunikasi
2. Setiap komunikasi antarpribadi menghasilkan suatu kesenangan dalam berelasi timbal balik, sehingga disebut METAKOMUNIKASI (suatu tanggapan, umpan balik segera yang terjadi secara serempak dalam komunikasi antarpribadi)
3. Memahami komunikasi antarpribadi hendaklah dalam konteks relationship dan terletak pada suatu sekuen interaksi
4. Setiap komunikasi antarpribadi menggunakan sistem kode informasi yang bersifat digital (kode-kode informasi yang mempunyai ciri-ciri tersendiri yang terpisah satu sama lain – verbal/langsung) dan analogis (kode-kode informasi yang satu sama lainnya berkesinambungan dan tidak dapat dipisahkan – nonverbal/gerak-gerik, mimik, …)
5. Setiap komunikasi antarpribadi mencerminkan interaksi yang bersifat simetris (sejajar, searah, dan saling mengembangkan satu sama lain) dan komplementer. Sifat simetris terjadi jika membina, mengembangkan karakteristik-karakteristik peserta yang sama. Sedangkan sifat komplementer terjadi di saat komunikasi antarpribadi bertujuan untuk saling melengkapi karakteristik-karakteristik peserta komunikasi yang berbeda.
2. Teori Persepsi Antarpribadi
Seorang ahli lainnya yang berpengaruh dalam pandangan tentang relasi dalam komunikasi antarpribadi adalah R.D. Laing. Dia menulis sebagian pendapatnya tentang proses dan persepsi dalam komunikasi.
Asumsi dari teori ini adalah perilaku komunikatif seseorang sebagian besar terbentuk oleh persepsi (pengalaman) ketika ia berinteraksi dengan komunikator yang lain. Laing menggunakan pendekatan fenomenologis untuk mempelajari keberadaan manusia melalui analisis terhadap pengalaman manusia maupun kenyataan hidup sebagai suatu pengalaman individu.
Laing membedakan antar pengalaman dan perilaku. Perilaku adalah suatu tindakan terhadap orang lain yang bisa diamati, karena itu perilaku bersifat umum, ekstrinsik, dan keluar. Sedangkan pengalaman adalah perasaan yang mengiringi perilaku atau persepsi terhadap perilaku orang lain. Pengalaman terdiri dari imajinasi, persepsi, dan memori. Perbedaan antara pengalaman dengan perilaku adalah bahwa pengalaman tidak dapat diamati oleh orang lain.
Perilaku yang ditujukan kepada orang lain merupakan fungsi dari dua pengalaman yang berkaitan, yaitu pengalaman yang dipelajari dari orang lain dan pengalaman dalam berelasi.
Tesisnya yang pertama adalah perilaku komunikatif dapat diperluas bentuknya oleh pengalaman atau persepsi, hanya karena ia berhubungan dengan seorang komunikan. Jadi seorang komunikator berhubungan dengan komunikan dalam dua tingkat pengalaman dan persepsi komunikan yaitu, perspektif langsung dan metaperspektif.
Perspektif langsung merupakan persepsi yang aktual tentang perilaku orang lain atau pengalaman orang tersebut dengan individu yang lain dengan perspektif yang lain. Sedangkan metaperspektif adalah pengalaman seorang komunikator atau upayanya untuk menyimpulkan apa yang sedang dirasakan orang lain, yang diterimanya, atau yang dipikirkannya. Dengan kata lain, metaperspektif adalah hal membayangkan tentang persepsi orang lain.
Teori Penetrasi Sosial
Teori Penetrasi Sosial dipopulerkan oleh Irwin Altman & Dalmas Taylor. Teori penetrasi sosial secara umum membahas tentang bagaimana proses komunikasi interpersonal. Di sini dijelaskan bagaimana dalam proses berhubungan dengan orang lain, terjadi berbagai proses gradual, di mana terjadi semacam proses adaptasi di antara keduanya, atau dalam bahasa Altman dan Taylor: penetrasi sosial.
Altman dan Taylor (1973) membahas tentang bagaimana perkembangan kedekatan dalam suatu hubungan. Menurut mereka, pada dasarnya kita akan mampu untuk berdekatan dengan seseorang yang lain sejauh kita mampu melalui proses “gradual and orderly fashion from superficial to intimate levels of exchange as a function of both immediate and forecast outcomes.”
Altman dan Taylor mengibaratkan manusia seperti bawang merah. Maksudnya adalah pada hakikatnya manusia memiliki beberapa layer atau lapisan kepribadian. Jika kita mengupas kulit terluar bawang, maka kita akan menemukan lapisan kulit yang lainnya. Begitu pula kepribadian manusia.
Lapisan kulit terluar dari kepribadian manusia adalah apa-apa yang terbuka bagi publik, apa yang biasa kita perlihatkan kepada orang lain secara umum, tidak ditutup-tutupi. Dan jika kita mampu melihat lapisan yang sedikit lebih dalam lagi, maka di sana ada lapisan yang tidak terbuka bagi semua orang, lapisan kepribadian yang lebih bersifat semiprivate. Lapisan ini biasanya hanya terbuka bagi orang-orang tertentu saja, orang terdekat misalnya.
Dan lapisan yang paling dalam adalah wilayah private, di mana di dalamnya terdapat nilai-nilai, konsep diri, konflik-konflik yang belum terselesaikan, emosi yang terpendam, dan semacamnya. Lapisan ini tidak terlihat oleh dunia luar, oleh siapapun, bahkan dari kekasih, orang tua, atau orang terdekat manapun. Akan tetapi lapisan ini adalah yang paling berdampak atau paling berperan dalam kehidupan seseorang.
Kedekatan kita terhadap orang lain, menurut Altman dan Taylor, dapat dilihat dari sejauh mana penetrasi kita terhadap lapisan-lapisan kepribadian tadi. Dengan membiarkan orang lain melakukan penetrasi terhadap lapisan kepribadian yang kita miliki artinya kita membiarkan orang tersebut untuk semakin dekat dengan kita. Taraf kedekatan hubungan seseorang dapat dilihat dari sini.
Menurut Om Sereno dan Mortensen, suatu model komunikasi merupakan deskripsi ideal mengenai apa yang dibutuhkan untuk terjadinya komunikasi. Suatu model merepresentasikan secara abstrak ciri-ciri penting dan menghilangkan rincian komunikasi yang tidak perlu dalam “dunia nyata”.
B. Aubrey Fisher mengatakan, model adalah analogi yang mengabstraksikan dan memilih bagian dari fenomena yang dijadikan model.
Werner J. Severin dan James W. Tankard, Jr. mengatakan bahwa model membantu merumuskan suatu teori dan menyarankan hubungan. Oleh karena hubungan antara model dengan teori begitu erat, model sering dicampuradukkan dengan teori
FUNGSI DAN MANFAAT MODEL
Gordon Wiseman dan Larry Barker, mengemukakan bahwa model kamunikasi mempunyai tiga fungsi :
1. Melukiskan proses komunikasi,
2. Menunjukkan hubungan visual,
3. Membantu dalam menemukan dan memperbaiki kemacetan komunikasi.
Deutsch menyebutkan bahwa model itu mempunyai empat fungsi :
1. Mengorganisasikan (kemiripan data dan hubungan) yang tadinya tidak teramati,
2. Heuristik (menunjukkan fakta-fakta dan metode baru yang tidak diketahui),
3. Prediktif, memungkinkan peramalan dari sekedar tipe ya atau tidak hingga kuantitatif yang berkenaan dengan kapan dan seberapa banyak,
4. Pengukuran, mengukur fenomena yang diprediksi,
MODEL-MODEL KOMUNIKASI : SUATU PERKENALAN
Sejauh ini terdapat anyak sekali model komunikasi yang telah dibuat pakar komunikasi. Maka disini kita “hanya” akan membahas sebagian kecil saja dari sekian banyak model komunikasi tersebut :
v Model S – R
Model stimulus – respons (S-R) adalah model komunikasi paling dasar. Model ini dipengaruhi oleh disiplin psikologi behavioristik.
Model ini menunjukkan bahwa komunikasi itu sebagai suatu proses “aksi-reaksi” yang sangat sederhana. Jadi model ini mengasumsikan bahwa kata-kata verbal, isyarat nonverbal, gambar dan tindakan tertentu akan merangsang orang lain untuk memberikan respon dengan cara tertentu. Pertukaran informasi ini bersifat timbal balik dan mempunyai banyak efek dan setiap efek dapat mengubah tindakan komunikasi.
Contoh : Anda menyukai seseorang, lalu anda melihat dan memperhatikan wajahnya sambil senyum-senyum. Ternyata orang tersebut malah menutup wajahnya dengan buku atau malah teriak “apa liat-liat, nantang ya?” lalu anda kecewa dan dalam pikiran anda merasa cintanya bertepuk sebelah tangan dan anda ingin bunuh dia.
v Model Aristoteles
Model ini adalah model komunikasi yang paling klasik, yang sering juga disebut model retoris. Model ini sering disebut sebagai seni berpidato.
Menurut Aristoteles, persuasi dapat dicapai oleh siapa anda (etos-kererpercayaan anda), argumen anda (logos-logika dalam emosi khalayak). Dengan kata lain, faktor-faktor yang memainkan peran dalam menentukan efek persuatif suatu pidato meliputi isi pidato, susunannya, dan cara penyampainnya.
Salah satu kelemahan model ini adalah bahwa komunikasi dianggap sebagai fenomena yang statis.
v Model Lasswell
Model ini berupa ungkapan verbal, yaitu :
Who
Says What
In Which Channel
To Whom
With What Effect
Lasswell mengemukakan tiga fungsi komunikasi yaitu :
1. Pengawasan Lingkungan – yang mengingatkan anggota-anggota masyarakat akan bahaya dan peluang dalam lingkungan.
2. Korelasi berbagai bagian terpisah dalam masyarakat yang merespon lingkungan,
3. Transmisi warisan sosial dari suatu generasi ke generasi lainnya.
Akan tetapi model ini dikritik karena model ini mengisyaratkan kehadiran komunikator dan pesan yang bertujuan. Model ini juga terlalu menyederhanakan masalah.
v Model Shannon dan Weaver
Model yang sering disebut model matematis atau model teori informasi. Model itu melukiskan suatu sumber yang menyandi atau menyiptakan pesan dan menyampaikannya melalui suatu saluran kepada seorang penerima.
Konsep penting Shannon dan Weaver adalah :
Gangguan (noise), Setiap rangsangan tambahan dan tidak dikendaki yang dapat mengganggu kecermatan pesan yang disampaikan.
Konsep lain yang ikut andil adalah entropi dan redundasi serta keseimbangan yang diperlukan diantara keduanya untuk menghasilkan komunikasi yang efisien dan dapat mengatasi gangguan dalam saluran.
Sayangnya, model ini juga memberikan gambaran yang parsial, komunikasi dipandang sebagai fenomena satu arah.
B. Aubrey Fisher mengatakan, model adalah analogi yang mengabstraksikan dan memilih bagian dari fenomena yang dijadikan model.
Werner J. Severin dan James W. Tankard, Jr. mengatakan bahwa model membantu merumuskan suatu teori dan menyarankan hubungan. Oleh karena hubungan antara model dengan teori begitu erat, model sering dicampuradukkan dengan teori
FUNGSI DAN MANFAAT MODEL
Gordon Wiseman dan Larry Barker, mengemukakan bahwa model kamunikasi mempunyai tiga fungsi :
1. Melukiskan proses komunikasi,
2. Menunjukkan hubungan visual,
3. Membantu dalam menemukan dan memperbaiki kemacetan komunikasi.
Deutsch menyebutkan bahwa model itu mempunyai empat fungsi :
1. Mengorganisasikan (kemiripan data dan hubungan) yang tadinya tidak teramati,
2. Heuristik (menunjukkan fakta-fakta dan metode baru yang tidak diketahui),
3. Prediktif, memungkinkan peramalan dari sekedar tipe ya atau tidak hingga kuantitatif yang berkenaan dengan kapan dan seberapa banyak,
4. Pengukuran, mengukur fenomena yang diprediksi,
MODEL-MODEL KOMUNIKASI : SUATU PERKENALAN
Sejauh ini terdapat anyak sekali model komunikasi yang telah dibuat pakar komunikasi. Maka disini kita “hanya” akan membahas sebagian kecil saja dari sekian banyak model komunikasi tersebut :
v Model S – R
Model stimulus – respons (S-R) adalah model komunikasi paling dasar. Model ini dipengaruhi oleh disiplin psikologi behavioristik.
Model ini menunjukkan bahwa komunikasi itu sebagai suatu proses “aksi-reaksi” yang sangat sederhana. Jadi model ini mengasumsikan bahwa kata-kata verbal, isyarat nonverbal, gambar dan tindakan tertentu akan merangsang orang lain untuk memberikan respon dengan cara tertentu. Pertukaran informasi ini bersifat timbal balik dan mempunyai banyak efek dan setiap efek dapat mengubah tindakan komunikasi.
Contoh : Anda menyukai seseorang, lalu anda melihat dan memperhatikan wajahnya sambil senyum-senyum. Ternyata orang tersebut malah menutup wajahnya dengan buku atau malah teriak “apa liat-liat, nantang ya?” lalu anda kecewa dan dalam pikiran anda merasa cintanya bertepuk sebelah tangan dan anda ingin bunuh dia.
v Model Aristoteles
Model ini adalah model komunikasi yang paling klasik, yang sering juga disebut model retoris. Model ini sering disebut sebagai seni berpidato.
Menurut Aristoteles, persuasi dapat dicapai oleh siapa anda (etos-kererpercayaan anda), argumen anda (logos-logika dalam emosi khalayak). Dengan kata lain, faktor-faktor yang memainkan peran dalam menentukan efek persuatif suatu pidato meliputi isi pidato, susunannya, dan cara penyampainnya.
Salah satu kelemahan model ini adalah bahwa komunikasi dianggap sebagai fenomena yang statis.
v Model Lasswell
Model ini berupa ungkapan verbal, yaitu :
Who
Says What
In Which Channel
To Whom
With What Effect
Lasswell mengemukakan tiga fungsi komunikasi yaitu :
1. Pengawasan Lingkungan – yang mengingatkan anggota-anggota masyarakat akan bahaya dan peluang dalam lingkungan.
2. Korelasi berbagai bagian terpisah dalam masyarakat yang merespon lingkungan,
3. Transmisi warisan sosial dari suatu generasi ke generasi lainnya.
Akan tetapi model ini dikritik karena model ini mengisyaratkan kehadiran komunikator dan pesan yang bertujuan. Model ini juga terlalu menyederhanakan masalah.
v Model Shannon dan Weaver
Model yang sering disebut model matematis atau model teori informasi. Model itu melukiskan suatu sumber yang menyandi atau menyiptakan pesan dan menyampaikannya melalui suatu saluran kepada seorang penerima.
Konsep penting Shannon dan Weaver adalah :
Gangguan (noise), Setiap rangsangan tambahan dan tidak dikendaki yang dapat mengganggu kecermatan pesan yang disampaikan.
Konsep lain yang ikut andil adalah entropi dan redundasi serta keseimbangan yang diperlukan diantara keduanya untuk menghasilkan komunikasi yang efisien dan dapat mengatasi gangguan dalam saluran.
Sayangnya, model ini juga memberikan gambaran yang parsial, komunikasi dipandang sebagai fenomena satu arah.
v Model Newcomb
Komunikasi adalah suatu cara yang lazim dan efektif yang memungkinkan orang orang mengorientasikan diri terhadap lingkungan mereka. Ini adalah model tindakan komunikatif dua orang yang disengaja.
Model ini mengisyaratkan bahwa setiap sistem ditandai oleh suatu keseimbangan atau simetri,karena ketidakkeseimbangan atau kekurangan simetri secara psikologis tidak menyenangkan dan menimbulkan tekanan internal untuk memulihkan keseimbangan.
v Model Westley dan Maclean
Menurut pakar ini, perbedaan dalam umpan balik inilah yang membedakan komunikasi antarpribadi dengan komunikasi massa. Umpan balik dari penerima bersifat segera dalam komunikasi antarpribadi, dalam komunikasi massa bersifat minimal atau tertunda. Sumber dalam komunikasi antar pribadi dapat langsung memanfaatkan umpan balik dari penerima sedangkan dalam komunikasi massa sumber misalnya penceramah agama, calon presiden yang berdebat dalam rangka kampanye politik.
Konsep pentingnya adalah Umpan balik, Perbedaan dan kemiripan komunikasi antarpribadidengan komunikasi massa. Pesan ini juga membedakan pesan yang bertujuan dan pesan yang tidak bertujuan.
v Model Gerbner
Model verbal Gerbner adalah :
1. Seseorang ( sumber, komunikator )
2. Mempersepsi suatu kejadian
3. Dan bereaksi
4. Dalam suatu situasi
5. Melalui suatu alat
6. Untuk menyediakan materi
7. Dalam suatu bentuk
8. Dan konteks
9. Yang mengandung isi
10. Yang mempunyai suatu konsekuensi
v Model Berlo
Menurut model Berlo, sumber dan penerima pesan dipengaruhi oleh faktor :
1. Keterampilan komunikasi
2. Sikap
3. Pengetahuan
4. Sistem sosial
5. Budaya
Salah satu kelebihan model ini adalah model ini tidak terbatas pada komunikasi publik atau komunikasi massa, namun juga komunikasi antarpribadi dan berbagai bentuk komunikasi tertulis. Model ini bersifat heuristik (merangsang penelitian).
v Model DeFleur
Source dan Transmitter adalah dua fase yang berbeda yang dilakukan seseorang, fungsi receiver dalam model ini adalah menerima informasi dan menyandi baliknya mengubah peristiwa fisik informasi menjadi pesan.
Menurut DeFleur komunikasi adalah terjadi lewat suatu operasi perangkat komponen dalam suatu sistem teoretis, yang konsekuensinya adalah isomorfisme diantara respons internal terhadap seperangkat simbol tertentu pada pihak pengirim dan penerima.
v Model Tubbs
Pesan dalam model ini dapat berupa pesan verbal, juga non verbal, bisa disengaja ataupun tidak disengaja. Salurannya adalah alat indera, terutama pendengaran, penglihatan dan perabaan.
Gangguan dalam model ini ada 2, gangguan teknis dan gangguan semantik. Gangguan teknis adalah faktor yang menyebabkan si penerima merasakan suatu perubahan dalam informasi atau rangsangan yang tiba, misalnya kegaduhan. Ganguan semiatik adalah pemberian makna yang berbeda atas lambang yang disampaikan pengirim.
v Model Gudykunst dan Kim
Merupakan model antar budaya, yakni komunikasi antara budaya yang berlainan, atau komunikasi dengan orang asing.
Menurut Gudykunst dan Kim, penyandian pesan dan penyandian balik pesan merupakan suatu proses interaktif yang dipengaruhi oleh filter-filter konseptual yang dikategprikan menjadi faktor-faktor budaya, sosial budaya, psikobudaya, dan faktor lingkungan.
v Model Interaksional
Para peserta komunikasi menurut model interaksional adalah orang-orang yang mengembangkan potensi manusiawinya melalui interaksi sosial, tepatnya melalui apa yang disebut pengambilan peran orang lain. Diri berkembang lewat interaksi dengan orang lain, dimulai dengan orang terdekatnya seperti keluarga dalam suatu tahap yang disebut tahap permainan dan terus berlanjut hingga kelingkungan luas dalam suatu tahap yang disebut tahap pertandingan.
CONTOH KASUS
Contoh aplikasi Teori Komunikasi yang Pragmatis:
Seorang anak yang sejak kecil diajarkan kata-kata Mama dan Papa, pertama-tama ia akan menghubungkan kata-kata yang diucapkan dengan objek, atau manusia macam mana yang disebut Mama dan Papa. Sang anak mulai mempelajari perilaku pesan yang verbal dengan memanggil dan menyebut nama Mama dan Papa. Dia memanggil nama Mama dengan suara yang lebih lembut daripada memanggil nama Papa. Dia melihat Papa berkumis dan berjenggot artinya Papa adalah seorang pria. Mama berambut panjang dan terurai berarti Mama adalah seorang wanita. Kemudian sang anak mempelajari pesan yang nonverbal dengan mempelajari perilaku sehari-hari Mama dan Papanya. Dari perilaku tersebut sang anak dapat membedakan gender antara Mama dan Papanya melalui aktivitas dan kebiasaannya sehari-hari.
Contoh aplikasi Teori Persepsi Antarpribadi:
Parni hidup dalam suasana dan lingkungan budaya Jawa. Kebiasaan komunikasi tatap muka dilaksanakan tanpa harus saling menatap wajah secara langsung tetapi hanya melalui jarak fisik yang teratur. Aturan Jawa, mereka yang berusia lebih muda tidak boleh menatap langsung kepada yang berusia lebih tua dan volume suara pun harus lebih kecil dan halus, serta bahasa yang digunakan harus bahasa yang halus untuk strata atas.
Kebalikannya, Tiur, yang dibesarkan dalam budaya suku Batak, harus terbiasa menggunakan suara yang keras dan tegas. Ketika berkomunikasi tatap muka, mata harus memandang lawan bicara karena mereka menganggap itulah sikap sopan. Gerak-gerik fasial sangat dianjurkan untuk menegaskan pesan.
Parni dan Tiur berteman sejak lima tahun yang lalu. Ketika Parni dan Tiur saling berinteraksi satu sama lainnya, tidak ditemukan satu kesulitan pun dalam berinteraksi. Karena satu sama lainnya sudah saling mengenal karakteristik yang mendasari mereka satu sama lain. Persepsi masing-masing mengenai lawan bicara mereka sudah terbentuk karena pengalaman interaksi
Laing menjelaskan bahwa tindakan seorang komunikator lebih didasari atas harapan. Lebih jauh lagi dia berpendapat juga, setiap tindakan komunikator dikatakan berhasil jika dia berhasil mempersepsi orang lain. Apalagi kalau dia dapat membayangkan persepsi orang lain terhadap suatu obyek atau kejadian. Jika komunikator dan komunikan dapat menyamakan bentuk persepsi mereka maka itu merupakan hasil komunikasi antarpribadi.
Seorang anak yang sejak kecil diajarkan kata-kata Mama dan Papa, pertama-tama ia akan menghubungkan kata-kata yang diucapkan dengan objek, atau manusia macam mana yang disebut Mama dan Papa. Sang anak mulai mempelajari perilaku pesan yang verbal dengan memanggil dan menyebut nama Mama dan Papa. Dia memanggil nama Mama dengan suara yang lebih lembut daripada memanggil nama Papa. Dia melihat Papa berkumis dan berjenggot artinya Papa adalah seorang pria. Mama berambut panjang dan terurai berarti Mama adalah seorang wanita. Kemudian sang anak mempelajari pesan yang nonverbal dengan mempelajari perilaku sehari-hari Mama dan Papanya. Dari perilaku tersebut sang anak dapat membedakan gender antara Mama dan Papanya melalui aktivitas dan kebiasaannya sehari-hari.
Contoh aplikasi Teori Persepsi Antarpribadi:
Parni hidup dalam suasana dan lingkungan budaya Jawa. Kebiasaan komunikasi tatap muka dilaksanakan tanpa harus saling menatap wajah secara langsung tetapi hanya melalui jarak fisik yang teratur. Aturan Jawa, mereka yang berusia lebih muda tidak boleh menatap langsung kepada yang berusia lebih tua dan volume suara pun harus lebih kecil dan halus, serta bahasa yang digunakan harus bahasa yang halus untuk strata atas.
Kebalikannya, Tiur, yang dibesarkan dalam budaya suku Batak, harus terbiasa menggunakan suara yang keras dan tegas. Ketika berkomunikasi tatap muka, mata harus memandang lawan bicara karena mereka menganggap itulah sikap sopan. Gerak-gerik fasial sangat dianjurkan untuk menegaskan pesan.
Parni dan Tiur berteman sejak lima tahun yang lalu. Ketika Parni dan Tiur saling berinteraksi satu sama lainnya, tidak ditemukan satu kesulitan pun dalam berinteraksi. Karena satu sama lainnya sudah saling mengenal karakteristik yang mendasari mereka satu sama lain. Persepsi masing-masing mengenai lawan bicara mereka sudah terbentuk karena pengalaman interaksi
Laing menjelaskan bahwa tindakan seorang komunikator lebih didasari atas harapan. Lebih jauh lagi dia berpendapat juga, setiap tindakan komunikator dikatakan berhasil jika dia berhasil mempersepsi orang lain. Apalagi kalau dia dapat membayangkan persepsi orang lain terhadap suatu obyek atau kejadian. Jika komunikator dan komunikan dapat menyamakan bentuk persepsi mereka maka itu merupakan hasil komunikasi antarpribadi.
DAFTAR PUSTAKA
Griffin, Emory A., A First Look at Communication Theory, 5th edition, New York: McGraw-Hill, 2003
http://communicareinstitute.blogspot.com/




