• RSS
  • Facebook
  • Twitter
Comments

ACARA PEMUTARAN VIDEO akumassa SERANG

Sabtu 21 Agustus 2010 bisa dikatakan menjadi hari bersejarah bagi Komunitas Sebumi, karena kami melaksanakan pemutaran video dokumenter Kota Serang yang merupakan project utama kami. Acara tersebut merupakan puncak dari kegiatan workshop akumassa yang di berikan Forum Lenteng, di mana  proses workshop-nya berlangsung selama satu bulan. Kami memilih Kampus STIKOM Wangsa Jaya Banten yang terletak di Jalan KH. A. Fatah Hasan No. 24, Ciceri, Serang. Lokasinya yang berada di pinggir jalan raya itu kami rasa strategis dan berada dalam jalur sirkulasi masyarakat.

Pemutaran Video akumassa Serang di Lapangan Parkir STIKOM WJB

Pemutaran Video akumassa Serang di Lapangan Parkir STIKOM WJB

Sedikit bercerita tentang persiapan, pada kalender kegiatan yang kami buat di awal workshop, tertulis bahwa hari Sabtu, 21 Agustus 2010, ditentukan sebagai hari pemutaran video. Satu hari sebelum pelaksanaan, pada jadwal tertulis : deadline katalog selesai, online editing, preview, dan nonton bersama video akumassa. Fakta yang terjadi tidak sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Hari pelaksanaan yang seharusnya kami hanya fokus mempersiapkan tempat pemutaran, ternyata harus menyelesaikan semua hal yang tertinggal. Mulai dari katalog  yang selesai sekitar pukul 09.00 pagi dan langsung kami cetak, sampai video yang belum rampung online editing-nya. Video benar-benar sudah rapih dalam artian telah jadi dan di-burning menjadi bentuk DVD, yaitu satu jam sebelum pemutaran.

Persiapan acara
Persiapan acara

Pemberangkatan kami ke lokasi pemutaran berbeda-beda, ada yang berangkat sejak sore hari untuk mempersiapkan konsumsi, dan check sound. Ada yang paska maghrib karena merapihkan markas terlebih dahulu, sampai yang paling terakhir berangkat sekitar pukul delapan malam.


Ketika acara akan dimulai, aku melihat-lihat situasi. Kemudian aku mengetahui bahwa acara pemutaran video ini selain dihadiri oleh masyarakat setempat, juga dihadiri oleh Sastrawan Banten, Toto ST Radik; pendiri LSM Rekonvasi Bhumi; Bapak np. Rahadian, pengurus Rumah Dunia, Roy Goozly; Divisi Pendidikan, Andi Suhud; Ketua Umum Mahasiswa Ilmu Komunikasi Indonesia; Acep Helmi; Kru Banten TV, Imam El-Hazmi: Pengurus Fesbuk Banten News, Kang Lulu; Dosen Kampus UNTIRTA dan STIKOM, partisipan akumassa Lebak (Fuad, Helmi, Aboy dan Cak Rob), partisipan akumassa Ciputat (Ray) dan narasumber-narasumber di dalam video yang memang sengaja kami undang. Dan satu hal yang menarik, acara pemutaran tersebut juga menjadi ajang reuni para alumni mahasiswa komunikasi UNTIRTA angkatan 2003.

Acara mulai pukul 21.00 WIB, molor setengah jam dari jadwal awal. Hellen dan Damar yang menjadi MC membuka acara dengan singkat kemudian langsung masuk ke pembacaan Ayat Kursi Al’Quran oleh Wildan Maududi yang merupakan partisipan Komunitas Sebumi. Setelah pembacaan Al’Quran, sesi selanjutnya adalah sambutan oleh Nuril Aswanto selaku Ketua Komunitas Sebumi, Pak Nana (np. Rahadian) selaku Pendiri LSM Rekonvasi Bhumi, Fajar Sasora, S.Ip selaku PR 3 STIKOM WJB dan yang terakhir adalah Otty Widasari selaku Koordinator Program akumassa. Setelah sambutan penonton dihibur dengan penampilan akustik dari De’Babuy yang menyanyikan lagu-lagu Band Naif. Setelah prosesi pembukaan selesai, masuklah ke bagian inti yaitu pemutaran video akumassa Serang.

Nuril selaku Ketua Komunitas sebumi memberikan sambutan

Nuril selaku Ketua Komunitas Sebumi memberikan sambutan
Pak Nana selaku pendiri LSM Rekonvasi Bhumi memberikan sambutan

Pak Nana selaku pendiri LSM Rekonvasi Bhumi memberikan sambutan
Otty Widasari selaku Koordinator Program akumassa memberikan sambutan

Otty Widasari selaku Koordinator Program akumassa memberikan sambutan

Ada lima video dokumenter yang diputar dari lima lokasi syuting yang berbeda. Yaitu video Surosowan, Avalokitesvara, TPSA Cilowong, Masa Lalu dan Kini di Kepandean, dan Pelita Kami, Kemana?
Sebenarnya, bingkaian awal terdapat 10 video, tetapi dengan keterbatasan waktu dan, yang diputar hanya 5 video, sisa video yang lain menjadi pekerjaan rumah untuk aku dan teman-temanku lanjutkan dan realisasikan di lain waktu.

Ketika pemutaran berlangsung, penonton terlihat fokus menonton sambil menikmati kopi dan gorengan yang telah kami sediakan, ya memang tidak semuanya fokus, contohnya aku yang mondar-mandir menyalami teman-temanku yang jauh-jauh datang untuk menonton. Dan karena hal tersebut aku mendapat kritik dari Kak Otty dan beberapa teman komunitas ketika evaluasi.


Aku, Dochi dan Nci menyebarkan katalog kepada para audience. Katalog itu berisi peta Kota Serang, kata pengantar yang berjudul  Jasmerah dan Semangat Baru Para Cendikia, sinopsis video, foto dan profil partisipan, hasil diskusi dengan  Teguh Iman Prasetya (staf pengajar di UNTIRTA) tentang sejarah Kota Serang, dan masih banyak lagi.

Pemutaran berlangsung sekitar satu jam. Acara ditutup dengan hiburan, kembali akustik De Babuy menghibur kami dengan lagu-lagu Naif, lalu penampilan dari para  breakers, salah satunya Davi yang merupakan partisipan Komunitas Sebumi.  Toto ST Radik (penyair nasional sekaligus dewan pendiri Rumah Dunia) juga ikut memeriahkan acara dengan membacakan puisi karya Otty Widasari yang ada di dalam katalog pemutaran video.

Penampilan akustik dari D'Babuy

Penampilan akustik dari D'Babuy

Pembacaan puisi oleh Toto ST Radik

Pembacaan puisi oleh Toto ST Radik

Acara pun selesai. Kami (Komunitas Sebumi) saling bersalaman memberi selamat satu sama lain atas kerja 
keras kami. Sebelum kembali ke markas tak lupa kami membereskan tempat pemutaran.
Aku sempat berbincang dengan Pak Suhli yang merupakan narasumber ketika aku dan teman-teman melakukan syuting Bioskop Pelita di Pasar Lama, Serang.

“Bapak ini Pak Suhli, kan? Yang waktu itu ngobrol sama saya. Bapak barusan ada tuh di video,” seperti itulah aku memulai percakapan.

Pak Suhli pun memberikan respon  “ Iya, Neng, Bapak gak nyangka kalau ditayangin gini, gak kebayang juga bisa banyak yang nonton begini.

“Bapak tahu di sini pemutaran dari siapa?” aku bertanya demikian karena aku tidak merasa memberitahunya perihal pemutaran ini.

“Dari Ageung, kemarin dia memberi selebaran, terus bilang video-nya diputar di sini,” jawabnya.
Ternyata Ageung (fasilitator sekaligus partisipan workshop) yang telah mengundang beliau.

Cieee, Bapak ditonton banyak orang, nanti bisa terkenal, Pak,” ujarku sambil sedikit bercanda.

“Bapak suka video yang mana, Pak?”

“Bapak suka yang tentang Klenteng.”

“Kenapa suka yang itu, Pak?” tanyaku.

“Ya, suka aja. Gambarnya bagus.”

Kurang lebih seperti itu percakapanku. Aku sedikit melakukan analisis untuk mengetahui video yang paling banyak disukai. Aku bertanya ke para penonton yang lain dan kebanyakan dari mereka sangat menyukai video Surosowan. Alasan mereka hampir sama, percakapan yang terjadi di video tersebut sangat menarik, karena berbicara tentang kesejarahan dan cerita massa.

Di antara orang-orang yang menyukai video Surosowan adalah Pak Andi (Divisi Pendidikan LSM Rekonvasi Bhumi). Menurut beliau video Surosowan tidak biasa, berbeda dan paling menarik. Ketika aku bertanya tentang acara pemutaran dan harapan, beliau berkata,

“Acaranya bagus karena melibatkan banyak orang, mudah-mudahan bisa menjadi virus yang bisa menular ke semua orang, apa yang kita lakukan banyak dilakukan orang lain dan lebih bagus. Contohnya seperti Rekonvasi Bhumi yang melakukan kegiatan ke sekolah sekolah mengajak membuang sampah atau mematikan saklar.”

Kesimpulannya bahwa Komunitas Sebumi harus menjadi virus yang bisa menular ke semua orang.
Esok harinya, kami mengadakan evaluasi. Dalam evaluasi tersebut terpaparlah kebahagiaan sekaligus kekecewaan atas pemutaran video semalam. Seperti Nuril sang Ketua Komunitas Sebumi yang kurang puas karena merasa penonton yang datang kurang ramai, padahal publikasi dirasa sudah maksimal dan terdapat sedikit masalah dengan soundsystem.

Hafiz selaku pendiri Forum Lenteng juga menyampaikan pendapatnya, “tempat pemutaran kurang kondusif karena bunyi kendaraan, tapi gak apa-apa. Kalau bikin sesuatu hargai karya itu sendiri, saya juga tidak menyalahkan kawan-kawan, memang keadaan yang tidak kondusif. Mungkin juga karena diadakan saat Bulan Ramadhan.“

Ia juga mengatakan bahwa keterlibatan semua anggota dalam proses itu sangat penting, karena kerja akumassa adalah kerja kolaborasi.

Evaluasi proses workshop dan pemutaran video

Evaluasi proses workshop dan pemutaran video

Otty (Koordinator Program akumassa) menyampaikan pendapatnya, “Kesuksesan bukan dilihat dari kuantitas penonton tapi gebrakan yang dibuat setelah itu. Bukan kualitas tapi intensitas, kalau intensitas dibangun dari sekarang, lama-lama akan berkualitas.”

Aku pribadi masih sedikit penasaran dan ingin mengetahui persepsi orang lain tentang pemutaran semalam, maka aku ngobrol sedikit dengan np. Rahadian yang akrab disapa dengan sebutan Pak Nana (Pendiri Rekonvasi Bhumi). Sebagai awalan aku bertanya tentang video apa yang dia suka dari 5 video yang diputar. Ternyata beliau menyukai video Surosowan dari segi percakapannya dan video Pelita yang bersinggungan dengan cagar budaya. Ketika aku bertanya mengenai acara pemutaran semalam beliau mengatakan bahwa acara kurang meriah. Ternyata pandangan orang-orang yang aku dengar hampir semuanya sama.

Dari sana aku dan teman-temanku dapat berinstropeksi diri dan kami (Komunitas Sebumi) mengetahui PR (Pekerjaan Rumah) utama kami yaitu meneruskan apa yang belum selesai dan membuat gebrakan baru.
Untungnya, kami langsung mendapat kesempatan memperbaiki persiapan kami dalam menyajikan pemutaran video akumassa Serang, karena kami diundang untuk memutarkan karya video kami di Rumah Dunia pada akhir minggu ini. Semoga saja kekompakkan dan persiapan kami lebih baik lagi.

 http://akumassa.org/program/serang-banten/acara-pemutaran-video-akumassa-serang/#more-6130

Categories:

Leave a Reply

add your comment in here